“Restina!” ujar Rangga degan kaget.
Antara gembira, terharu dan linglung. Aku berada di stuasi yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Pertemuan dengan Rangga yang telah pergi saat SMP kelas 2 dulu. Jujur kehilangan dia waktu itu sedikit membuat duniaku mengkusut sejenak, hingga aku pun bertemu Irsan di SMA. Pasalnya dari kecil hingga saat itu hanya Rangga, teman yang kutahu sangat dekat untuk sekedar curhat dan menjalani hari-hari.
“Kapan kamu mulai pindah ke sini lagi Rangga? Kok nggak ngasih tau aku sih, tau gitu kan aku bikin dulu kejutan untuk kepulanganmu.” Kebahagiaan di wajahku sudah tak terbendung lagi, sampai aku pun secara tak sadar beranjak lalu melompat ke pangkuan Rangga.
Sontak tingkahku itu membuat Irsan yang awalnya tidak memperdulikan sekitarnya dan hanya fokus kepada bukunya itu terheran-heran, lalu disimpannya buku itu dan menatap kami berdua. Tak lama Ryan yang sama-sama kaget pun bertanya, “Oh jadi kalian sudah saling kenal toh?”
Rangga membalas, “Dia hantu kecil yang pernah gua ceritain dulu yan.”
Terkejut Ryan. “Hahh? Yang waktu kecil pernah ngagetin lo sampe jatuh ke got pas lagi dicariin soalnya kabur, terus pas mau bantuin eh kalian berdua malah sama-sama kejebak wkwk.” Laki-laki kurus itu tertawa terbahak-bahak setelah menceritakannya.
“Iya makanya gua sebut dia hantu kecil, soalnya dulu kerjaannya ngilang terus. Kalo ngumpet pasti di tempat gelap.”
Cemberut aku dan membela diri, “Apa sih ga, kamu ceritain hal yang memalukan ke orang ih.” Rangga tertawa. “Tapi benerkan? Hayo ngaku!” Cubit Rangga sambil menggodaku.
Wajah Irsan semakin masam, ia pun berbicara, “Jadi kalian teman sejak kecil? Wahh akrabnya, sampai orang di depan kalian abaikan.” Keluh Irsan.