Sudah sebulan Rangga pindah ke sekolahku. Rupanya dia pandai bergaul dan beradaptasi, sehingga hampir tak ada satu pun kesulitan untuknya lebih dekat dengan sekolah, guru maupun siswa lain. Bahkan sekarang Rangga cukup terkenal di kalangan kaum hawa, ya meskipun tentunya kekasihku Irsan masih tetap menduduki kursi nomor satu cowok paling populer di sekolah.
Hari itu Rangga menemuiku di kelas, rupanya dia ingin sekedar meminta pendapatku tentang diundangnya dia untuk masuk ke organisasi intra sekolah (OSIS). Masih sama seperti dulu dalam mengambil suatu keputusan, Rangga selalu meminta pendapat dari orang lain sebelum menentukan keputusan. Termasuk kepadaku, hmm jika kupikir-pikir Rangga berbanding terbalik dengan Irsan. Pacarku itu selalu memutuskan apapun dengan sendirinya, hampir tidak ada di sekolah ini yang dapat berhasil mempengaruhi tindakannya dalam menghadapi suatu persoalan. Bahkan aku yang sebagai kekasihnya pun, tidak pernah sekali saja pendapatku dia resapi dan jalani.
Kencan, kerja kelompok, bahkan menentukan masa depan pun Irsan pikirkan sendiri. Jika umumnya anak sekolah pasti meminta saran guru atau orang tua di rumah, berbeda dengannya yang menganggap bahwa suatu pendapat orang lain mengenai hidupnya hanya akan menciptakan sebuah keraguan katanya dulu.
Kembali ke Rangga, sekolah yang sama meski berbeda kelas, ternyata Rangga tetap sering menemuiku seperti SMP dulu. Rutinitas ini membuat Irsan sedikit marah kepadaku. Pernah suatu hari Rangga mengirim SMS tentang buku pelajaran matematik, dia hendak meminjam karena sebagai siswa baru masih belum sepenuhnya menerima fasilitas sekolah. Sialnya waktu itu aku sedang bersama Irsan di sebuah taman, dan lucunya lagi pas aku lagi ke WC dan tas beserta HPku dititipin ke dia. Sontak Irsan membuka HPku karena notif SMS tadi tertanda Dari : Rangga, padahal jujur aja sebelumnya Irsan tak peduli dengan SMS atau panggilan di HPku. Tapi kali ini dia sungguh membukanya, dia terus melihat chatan kami sebelumnya ke atas. Aku yang waktu itu balik dari WC, hanya bisa diam menunggunya selesai membaca.
“Kalian tetap akrab ya meskipun sudah beberapa tahun berpisah.” HPku masih erat dipegangnya.
“Mm ... Heh- hehe.” Aku hanya bisa membalasnya dengan serenyeh tawa.
“Bahkan sampai menceritakan hal intim segala, ini HP kamu.” Irsan memberikan tas dan HPku.
“Ah nggak bisa dibilang intim juga ehehe, ya mungkin keceplosan ja- jadi kami pun membahasnya hehe.” Alasanku ini entah muncul dari mana, yang jelas bukan dari otakku karena saat itu kepalaku lockdown dan gak bisa ngasih penjernihan sedikit pun.
“Ya tapi gak sampai saling nyeritain kekurangan juga kan,” ungkapnya sambil pergi.
Pada hari minggu, sekolah mengadakan sebuah festifal untuk menarik hati para calon siswa yang masih SMP. Sebelumnya aku diminta membantu mempersiapkan stand teater sama Rangga, kebetulan kelasku cuma mendirikan stand cafe jadi di sana pun aku kurang kerjaan, Irsan juga tidak pernah tertarik dengan kegiatan ini jadi kuputuskan untuk menerima permintaan Rangga. Lagi pula keteateran adalah bidangku, aku cukup senang mengurus masalah ini. Dan Rangga masih ingat dan tau betul akan kesukaanku itu.
Bodohnya aku, saking asiknya dengan kesibukkannku mempersiapkan stan teater. Aku lupa memberitahukan Irsan tentang hal ini padanya, hingga hari-h pun tiba. Telponku yang berada di dalam tas di dalam loker, berbunyi. Rupanya Irsan memanggil, tapi sayang aku sedang berjaga dan bantu-bantu di stand waktu itu. Lalu saat istirahat barulah aku buka dan ternyata bukan Cuma sekali tapi sampai 19 kali dia mencoba menelponku, aku yang merasa tak enak langsung menghubunginya. Tak dijawab, ah hatiku semakin resah tak karuan.
“Restina!” seru seseorang.
“Iya?” jawabku.
“Ada yang mencarimu, kemarilah.” kata orang itu.
Aku pun segera menemuinya. Ketika kudekati, oh tidak itu Irsan. Dia sedang menghadap ke arah sebaliknya, dan hanya terlihat bagian belakang saja. Apa dia marah ya? Apa dia.. Semakin banyak sekali berbagai pikiran buruk yang tak jelas di kepalaku.
“Irsan, m- maaf ya. Tadi aku sedang ada tugas di stand.” Memelasku dihadapannya.