“Selamat pagi,” sapaku kepada Mirah asisten rumah tanggaku.
“Selamat pagi juga non,” jawab Mirah.
“Bi nanti sarapannya anterin ke kamar yah, aku mau tiduran terus di kamar,” pintaku.
Hari minggu ini aku full seharian tidak ada agenda. Irsan pun tidak ada kabar sejak pertikaian itu, dia tidak terlalu mendendam bahkan saat kudatangi dan meminta maaf ke kelasnya pun dia masih mau berbicara denganku. Tapi entah kenapa ya rasanya dia makin mencuekkan aku? Pertanyaan itu terus mengganggu tiap kali melihat foto dan nomor HP juga semua hal yang berbau tentangnya.
Besoknya di kelas,
“Res ... kamu bisa tolong kumpulin buku tugas ini ke ruang guru nggak?” ujar Ria teman sekelasku.
“Loh emang kamu gak bisa? Wah kebetulan aku mau ada sesuatu sama anak-anak hehe.” Aku beralasan sebenarnya karena malas, entah kenapa aku yang dulu pekerja keras dan rajin membantu jadi makin agak kurang peduli lagi terhadap kelas.
“Iya Ria, Restina mau ke kantin nih ada yang mesti dikerjainnya,” ujar Tantri teman dekatku di kelas.
“Kenapa gak nyuruh si Fia aja Ri, dia kan sering keluar masuk ke ruang guru.” Usulanku sebagai pengalih perhatian.
“Hmm bener tuh Ri, hei Fia! Kamu bisa kan ngumpulin buku tugas kita? Ayolah,” kata Tantri mendesak.
“M- mm boleh,” jawab Fia si anak kalem dan agak pemalu itu.
“Tuhkan, yaudah Ri kita ke kantin dulu yak. Bye.” Lantas Tantri menyeretku dan ketiga teman dekatku yang lain.
Waktu kelas 1 sebenarnya aku cukup rajin berurusan dengan guru, bahkan sempat dicap si pencari muka sama teman-teman. Ya itu juga sebenarnya demi mengamankan nilaiku yang pas-pasan, tapi makin ke sini setelah aku mengenal Tantri, Gea, Juliet, dan Niore. Aku jadi mengabaikan semua itu dan lebih mengedepankan main, ke kantin, belanja dll. Entah baik atau buruk tapi aku nyaman ketika bersama mereka.
Ria yang dulu sama denganku rajin mengurus semua masalah kelas pun lambat laun jadi ku abaikan. Kini dia jadi sering meminta bantuan seperti membuat kelompok, mengatur lomba antar kelas, menyiapkan pentas kelas, dll ke Fia. Mereka berdua jadi lebih dekat kelihatannya.
Suatu waktu saat jam olahraga,
“Oi Nior! Udah belom sih gantinya.” Tantri mengedor-gedor pintu WC.
“Belom bego! Orang baru masuk barusan ah,” balas Niore.
Sementara itu aku, Gea dan Juliet sedang berdandan di depan kaca.
“Hei kalian tau gak, si siapa itu aduh gue lupa lagi namanya.” Gea memukul-mukul pelan kepalanya.