Supermoon

Novy Asfitri Noeraeny
Chapter #6

Rain Singing

Beberapa hari kemudian.

Irsan kala itu sedang berjalan di lorong antar kelas, kebetulan kelas dia juga akan melewati kelas Restina. Saat melewati kelas itu, nampak beberapa orang yang sedang berdiri di luar kelas bercerita.

“Hei hei, Restin sakit apa ya? Kok masih belum bisa masuk sih,” ujar seseorang di antara mereka.

Cubit-cubit orang lainnya sambil berkata, “Hehh! Tuh ada itunya, udah udah.” Nada pembicaraan yang tadinya biasa menjadi berbisik-bisik setelah Irsan melewati mereka.

Sementara itu, Restina yang sedang sakit, hanya bisa terbaring diam di kamarnya. Padahal sudah 4 hari lamanya dia tidak masuk sekolah karena sakitnya itu Dan parahnya lagi Irsan juga belum memberi kabar setelah kejadian waktu lalu, membuat pikiran Restina tak henti berkecamuk.

“Gak mau ibu!” Kukerubuni diriku dengan selimut.

“Res! Ti! Na! Kamu harus makan biar cepet sembuh, kamu gak kasihan sama ibu nih harusnya hari ini ibu kerja tau.” Berkali-kali ibu todongkan makanan, tapi tetap saja nafsu makanku bilang gak mau.

“Gak,” ucapku dari balik selimut.

“Restin, kamu itu udah sakit 4 hari coba. Anehnya gak sembuh-sembuh, mending kita ke rumah sakit aja yah?” pinta Ibu.

“Gak ibu, lagian aku sakit biasa kok. Cuma demam meriang sama flu,” jawabku.

“Ya terus kenapa sakit yang kata kamu biasa ini belum sembuh-sembuh, hah? Heran deh, dulu waktu kecil kamu itu jarang sakit loh, padahal kamu kan sering main tanah sampai keluyuran entah kemana. Atau jangan-jangan ada sesuatu ya? Bicara sama ibu!” omel ibu.

Dalam hatiku langsung ingat dengan pembicaraanku dan Rangga sebelum aku sakit, mungkin karena kenyataan yang Rangga sampaikan itulah yang membuat sakitku keterusan. Aku terlalu serius memikirkannya.

“Tante!” seru seseorang dari luar rumah.

Ibu pun pergi untuk melihatnya.

Tak lama datang Rangga membawa sekantung makanan.

“Hai tuan puteri!” ejeknya.

“Oh, masih hidup?” balasku.

“Cihh, sinis banget.” Rangga pun duduk tepat di bawah di samping ranjangku.

“Sini makanannya, btw gak sekolah emang?” tanyaku sambil mencomot makanan.

“Masuk kok, tapi lagi dispen ada keperluan. Ya pegen aja nyimpang ke sini dulu sebelum masuk lagi,” jawabnya sambil memainkan beberapa barangku.

“Oh.” Yang dibawa Rangga ternyata martabak rasa coklat, Rangga memang tau apa yang paling aku inginkan.

“Biasa aja dong makannya, pelan-pelan hantu kecil!” Rangga mengambilkan tisu untukku.

“Gak bisa makan tau! Gak tau kenapa ibu nawarin bubur juga gak mau, tapi kan beda lagi kalau martabak itu ...” Belum habis kubicara, Rangga lebih dulu menyogok mulutku dengan sepotong martabak. Sambil berkata, “Nih makan dulu abisin, nanti aja ngomongnya.”

Setelah beberapa menit, Rangga pun pamit untuk kembali ke sekolah. Kini Restina kembali tiduran lagi.

Lalu pada jam terakhir, Irsan yang tengah menatap keluar melalui jendela lorong depan WC laki-laki. Saat itu hujan besar datang, padahal tadi siang masih cerah bersinar terang. Kemudian Rangga datang memecah pelamunan sang raja kegelapan.

“Cuy!” Rangga menepuk punggung Irsan. Tampak wajah kaget Irsan yang tengah melamun itu.

“Noh sana kalau mau BAB,” usir Irsan kepada Rangga.

“Yaela dengan sinisnya kalian memperlakukan seorang Rangga Pratama yang super ganteng ini,” ucap Rangga sambil mengelus-ngelus dagunya.

“Haha,” balas Irsan.

Rangga pun berhenti bermain-main dan ikut memandangi langit yang sedang menangis bersama Irsan.

Di sisi lain. Lewat jendela kamar, aku pula memandangi hujan yang nampak suram hari itu. Ketika hujan memang rasa-rasanya setiap orang yang menikmati hujan pasti ingin sekali berpuisi atau sekedar mengeluarkan kata-kata indah, apalagi untuk orang yang sedang bersedih.

“Cinta, aku tahu kemarin aku telah banyak mengecewakanmu. Aku tahu aku belum sepenuhnya memahamimu, sehingga kamu pun menaruh curiga dan prasangka buruk terhadapku. Tapi aku hanya ingin kamu tahu, bahwa sekarang aku menyesal dan meminta maaf. Aku hanya ingin kita kembali membaik, karena aku rindu.” Sembari memandangi tetesan air mata langit, aku berkata banyak hal galau sendirian kala itu.

Lihat selengkapnya