"Jadi, lu ngerasa kalau bos baru lu itu gak baik orangnya?" tanya Satria sambil mengunyah potongan roti bakar isi sarikaya.
"Iya, feeling gw kurang enak sih karena sepertinya korban mulai berjatuhan di tim lain," jawab Mike sambil melahap spagheti carbonara.
Sudah dua puluh menit berlalu sejak mereka berdua bertemu dan mengobrol seputar aktivitas sehari-hari. Mayoritas pembicaraan mereka lebih banyak terkait aktivitas sehari-hari Mike karena Satria menganggap pekerjaan dirinya 'ya begitu-begitu aja kalau jurnalis'.
Kafe Biji semakin dipadati oleh pengunjung yang hendak makan siang, sehingga mereka berdua terkadang harus setengah berteriak agar dapat didengar oleh lawan bicaranya. Sementara itu, Yudha dan Evan tampak masih asyik bermain dengan Carlo yang sepertinya mendapatkan seekor teman baru berjenis Chihuahua.
"Baidewei, dari tadi kebanyakan ngebahas gw terus nih. Lu bukannya mau nanya-nanya lebih detil soal Kasus Merah itu ya?"
"Oh iya. Gw hampir aja lupa!" Satria menepuk jidatnya kemudian mengeluarkan ponsel dari sakunya.
"Haha, lu mulai mirip salah satu bawahan gw yang pikunan. Tapi dia orangnya bagus melulu kerjanya, jadi gw fine-fine aja," ucap Mike sambil tertawa kecil, "Sama, kenapa lu nanyain mulu soal Kasus Merah sih? Apa karena belakangan di media sosial, kasus ini mulai viral lagi dan lu sebagai tech journalist mau bikin artikelnya?"
Kasus Merah memang sudah seperti menjadi urban legend masyarakat Indonesia. Korban pertama kasus ini muncul kurang lebih setahun lalu: seorang gadis belia yang hanya pekerja kantoran biasa. Tidak ada persamaan khusus yang ditemukan di antara seluruh korbannya selain cara kematiannya: seluruh kulitnya memerah dan darah keluar dari mata, hidung, dan mulut korbannya.
Satria membuka galeri foto untuk melihat foto seseorang, tidak menjawab pertanyaan Mike sebelumnya..
"Sore hari satu setengah bulan lalu, tepatnya 22 April 2021, lu merupakan orang pertama yang menemukan korban pembunuhan Kasus Merah di Kota Tua. Dua hari kemudian, gw nelepon lu langsung untuk bertanya tentang kondisi penemuan korban ke lu setelah gw telusuri dari salah satu penulis artikel beritanya," ucap Satria berbicara dengan ekspresi yang serius, masih tetap memandangi ponsel miliknya.
"He eh. Gw gak kenal korbannya. Waktu gw menemukannya pun, kondisinya sudah persis seperti yang dideskripsikan di berita."
"Lalu, gw dapat informasi juga bahwa perkiraan waktu kematian korban berdekatan dengan saat lu menemukan mayatnya..."
"Iyah," jawab Mike sambil menggulung spagheti sebelum ia lahap, "Lu... Jangan bilang, lu curiga kalau gw pelakunya?"
Satria diam dan menatap Mike .
"Uhh... Satria ? Jangan bikin gw deg-degan ah. Haha," ujar Mike sambil melahap spagheti.
"... Bukan lah. Kalau gw nuduh lu, dan lu memang pelakunya, gw cari mati banget mau ketemu sama lu. Haha," tukas Satria mencairkan suasana sambil melahap lagi sepotong rotinya.
"Ahaha...," Mike hanya tertawa kecil mendengar jawaban tersebut.
Setelah itu, Satria langsung memperlihatkan foto seseorang di ponsel miliknya kepada Mike . Seorang gadis muda berambut bob pendek dan mengenakan kacamata bulat yang agak tebal.
"Pada saat kejadian, lu pernah melihat cewek ini di sekitar sana gak? Entah sebelum atau sesudah lu menemukan korban?"
Mike mengambil ponsel Satria lalu memperhatikan foto tersebut dengan seksama. Ia mencoba mengingat-ingat lagi peristiwa saat ia dulu menemukan korban.
"Gimana? Pernah lihat?"
"Hmm... Kayaknya enggak sih. Memang dia siapa?"
"... Cuman seorang gadis biasa. Kalau gak tahu, gak apa-apa," jawab Satria sambil mengunci ponsel dan menyimpannya kembali. Ia tampak sedikit kecewa.