"Ma, bentar lagi aku pergi duluan ya. Yudha yang nanti antar mama ke RS," ucap Satria sambil menyantap makan siang sup kari buatan bunda kesayangannya.
"Iya. Nanti kalau udah sampai Bandung, langsung kabari Mama ya. Mama mau bungkusin makanan dulu buat kamu di jalan nanti," balas sang bunda sambil berjalan dengan sedikit tertatih ke arah dapur.
Di akhir pekan ini, Satria memutuskan untuk pergi ke Bandung agar dapat mengikuti prosesi pemakaman teman baiknya yang meninggal beberapa hari lalu, Mike . Jenasahnya dibawa kembali ke Bandung, kota kelahirannya, untuk dimakamkan di sana. Satria juga kebetulan sempat kenal dengan orang tuanya saat mereka masih aktif di komunitas WISH, jadi ia mau melakukan silaturahmi.
"Bill Gates Kecil, nanti jagain si Mama ya. Jagain supaya nanti di rumah sakit gak kesandung atau apalah. Sorry Abang gak bisa ikut nganter."
Ibu dari Satria dan Yudha sedang mengalami nyeri lutut. Sudah hampir tiga hari kondisi tersebut tidak hilang, sehingga ia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit Masilo untuk memeriksakan dirinya setelah dipaksa Satria . Ia khawatir bila ibunya ternyata menderita suatu penyakit kronis.
"Duh, Bang. Harus banget ya ke rumah sakit yang itu?" tanya Yudha sambil memakan supnya dengan ekspresi menahan kesal.
"Ya, soalnya Mama kan medical record-nya udah di rumah sakit itu dari dulu. Buat mempermudah pemeriksaan juga kalau ada hubungannya dengan penyakit yang lama."
"Tapi Bang, di sana kan Ayah-"
"Udah, udah. Cuman sekali ini doank. Kalau kondisi normal, gak apa-apa Abang aja yang nganterin," sela Satria sambil menyantap potongan daging ayam, "Si Evan masih belum sampai ke sini? Sup kari porsi miliknya bakal dimakan sama abang nih. Udah mulai dingin."
Ekspresi wajah Yudha menjadi cemberut saat melihat abangnya benar-benar mengambil mangkuk sup yang diletakkan di posisi yang akan ditempati oleh Evan , bila ia datang nanti.
"WOOF!"
Carlo tiba-tiba masuk ke ruang makan dan menyalak dengan riang. Ada dua hal yang biasanya menjadi penyebabnya: ingin meminta makan atau ada tamu yang dikenalnya datang berkunjung.
"Eh, sini kamu, anjing pintar," ucap Satria sambil mengelus kepala Carlo .
Sang anjing kembali menyalak, "WOOFF!! WOOF! WOOF!"
"Hmm, kamu bilang Evan lagi berdiri di depan pintu? Yah, kalau gitu aku gak jadi deh ambil sup karinya dia," ujar Satria yang seolah dapat memahami Carlo seperti biasa.
Ia mengembalikan mangkuk sup kari yang sudah disiapkan sebelumnya untuk Evan dan meminta tolong kepada Yudha untuk membukakan pintu di depan.
"Yakin banget Bang itu si Evan ?"
"Yah, siapa lagi kalau bukan sobat lu? Kan kita gak lagi expect tamu lainnya. Dah, sana gih, bukain pintu," tukas Satria sambil mengusir adiknya dengan isyarat tangan.
Sambil menunggu Yudha menjemput Evan , Satria berhenti makan dan bermain-main sebentar dengan Carlo . Anjing Siberian Husky tersebut sangat senang saat digelitik di daerah perutnya, apalagi jika dilakukan oleh Satria . Saking senangnya, Carlo menyalak kecil sambil menampilkan ekspresi bahagia.
Saat melihat wajah senang anjing peliharaan kesayangannya tersebut, Satria ikut tersenyum. Sejak Mike terbunuh minggu lalu, suasana hatinya memburuk dan wajahnya hampir selalu kusut tiap hari. Meskipun sudah tidak sedekat dulu, ia tetap merasa cukup kehilangan. Apalagi, Mike sepertinya ingin menyampaikan informasi penting kepadanya, entah apa.