" Sherly ? Kamu... dirawat di sini ternyata?" tanya pria bernama Mario tersebut.
Ekspresi pria tersebut terkejut bercampur bingung. Pria muda dengan brewok tipis tersebut melirik ke sekitarnya, seolah mencari apakah ada orang lain yang menjaga Sherly .
"Dengar, Bapak ingin kita bicarakan lagi tentang-"
"TIDAKKK!!!" teriak Sherly dengan kencang.
'Kenapa... Kenapa dia muncul tiba-tiba di sini? Padahal aku sudah berusaha... untuk melupakannya...'
Sherly menutup mata dengan kedua tangannya. Mario terkaget mendengar teriakan tersebut dan berusaha menenangkan Sherly , namun gadis remaja tersebut malah berteriak makin kencang ketika didekati oleh Mario .
" Sherly , tolong jangan membuat kesalahpahaman ini semakin menjadi-jadi. Kita harus bicara-"
"Ada apa ini?"
Suara Suster Miriam yang keras langsung membuat Mario diam. Suster tersebut mendadak muncul disusul Friska di belakangnya.
"Ah, tidak ada apa-apa sus. Ini cuman-"
"Suster! Tolong usir pria tersebut dari sini!" pinta Friska yang berwajah panik kepada Suster Miriam .
Saat melihat ke arah Sherly yang duduk meringkuk dan gemetaran, Suster Miriam meminta Mario untuk pergi.
Dengan tampak berat hati, pria tersebut pamit dan kembali ke wilayah pasien yang tadi ditungguinya. Sebentar kemudian, ia pergi keluar dari ruangan rawat ini. Friska berlari ke luar untuk memastikan agar Mario benar-benar pergi keluar, kemudian kembali menghampiri Sherly .
"Udah, udah. Si Cabul udah gak di sini," ucap Friska sambil menenangkan Sherly .
"Cabul? Maksud kamu, pria tadi pernah melakukan perbuatan tidak pantas kepada dik Sherly ?" tanya Suster Miriam kepada Friska .