"Oke, masih ada keluhan lain lagi?"
Di tempat terpisah dari ruang pelatihan Sherly , seorang pasien pemuda jangkung berpipi tembem tampak sedang berkonsultasi kepada seorang dokter di salah satu ruangan pemeriksaan pasien.
"Emm... Gak ada lagi sih dok. Jadi harusnya gak ada masalah lagi kan ya dengan luka saya di punggung?"
"Iyah, luka kamu sudah hampir menutup kok. Memang masih ada bekas scar-nya, cuman kemungkinan scar tersebut akan membekas seumur hidup. Mau saya resepkan obat supaya scar-nya hilang gak?" tanya si dokter sambil mengisi medical record si pemuda di komputer kerjanya.
"Ohh...," si pemuda tampak berpikir sebentar sebelum menjawab, "Gak usah dulu deh dok. Biarlah scar tersebut jadi reminder untuk saya..."
Dokter tersebut berhenti mengetik dan menengok ke arah si pemuda.
"Wah, kamu yakin? Dengan tubuh kamu yang lumayan tinggi dan kulit putih, kamu sebenarnya ada bakat jadi model lho. Wajah kamu juga tipe cover boy sekali lho. Gak takut scar tersebut nanti menghambat kesempatan kamu berkarir?"
Pemuda tersebut menggelengkan kepalanya sambil tersenyum sekedarnya.
"Gak apa-apa dok. Saya memang senang difoto, tapi hanya untuk keperluan personal atau media sosial saja. Saya gak punya pikiran untuk menjadi model profesional."
Sang dokter tampak menghela nafas sekejap.
"Baiklah kalau begitu. Nanti kalau kamu berubah pikiran atau butuh konsultasi lagi, kamu langsung tunjukkin saja kartu pasien kamu ke konter registrasi. Nanti saya atau dokter umum yang stand by akan langsung kosongin jadwal buat periksa kamu."
"Emm... Iya, makasih ya dok. Maaf jadi merepotkan."
"Ahh, Peter . Kamu tentu tidak merepotkan kok. Kamu kan anak komisaris kita, jadi wajar kalau kita ngasih extra service ke kamu dan keluarga. Santai saja. Hahaha."
Peter tersenyum kecil sambil menganggukkan kepalanya. Mereka berbasa-basi sejenak, hingga akhirnya Peter memutuskan untuk pamit.
"Oh ya, baiklah. Kamu nanti tunggu saja di ruangan istirahat saya di sebelah. Obat yang sudah saya resepkan perlu diracik dulu. Kamu mungkin perlu menunggu sekitar setengah sampai satu jam kira-kira."
"Emm...," Peter menggumam sebentar untuk berpikir, "Kayaknya... Saya ke food court aja deh dok. Mau sekalian cari makan."