Setelah menunggu beberapa menit, kelompok Sherly akhirnya diperbolehkan masuk. Sepanjang perjalanan, ia membaca beberapa tugas yang ditulis di kertas tugas yang diberikan oleh penjaga masuk.
Ada lima buah tugas yang diberikan. Tiga di antaranya mengharuskan peserta untuk mencari properti tertentu yang sudah ditaruh di salah satu ujung labirin. Dua tugas sisanya mengharuskan mereka bertemu mahasiswa pemberi tugas di dalam labirin.
Karena taman rumah sakit cukup besar, labirin yang dibangun juga menjadi luas dan lumayan berbelit. Lorong labirin dibuat untuk cukup menampung lima orang dewasa jalan berdampingan. Kain kanvas hijau yang dipasang sebagai dinding labirin tidak tembus pandang, sehingga Sherly tidak dapat memeriksa apa yang ada di balik dinding kain tersebut.
Pencarian beberapa barang yang dijelaskan dalam tugas untungnya tidak begitu sulit. Barang-barang yang dicari tersembunyi tidak jauh dari dekat pagar tanaman atau di bawah bangku taman. Terkadang, mereka menemukan barang yang ternyata tidak mereka butuhkan, sehingga Sherly memberikannya kepada kelompok lain yang ternyata membutuhkannya.
Setelah sekitar setengah jam berjalan, kelompok Sherly sudah mendapatkan tiga benda yang dibawa oleh Sherly. Kaleng merah panjang dan bola voli biru merupakan benda yang ditemukan, sedangkan buku agenda berwarna hijau merupakan bukti penyelesaian tugas berupa permainan. Masih ada dua tugas lagi yang perlu diselesaikan jika mereka ingin mendapatkan semua hadiah.
"Ini harus ke mana lagi ya? Perasaan tadi udah lewat sini," celetuk Friska saat mereka berada tiba di salah satu perempatan labirin.
"Kayaknya kita coba ke kiri deh. Gw ingat kalau posisi kita yang sekarang tuh adalah posisi kanan dari perempatan yang tadi kita jumpai. Itu dinding kainnya robek sedikit di bagian bawah," ucap Stanley sambil menunjuk robekan kain di posisi kanan.
"Hmm, ya udah kita ke kiri ya kalau gitu. Cuman Ko, gw haus nih. Koko bawa minuman gak?"
"Waduh, gw gak bawa minum. Paling kalau mau, kita bisa coba tanya ke mahasiswa yang berjaga tadi buat ngasih tugas ketiga. Mungkin dia punya persediaan botol minum buat dibagi."
Stanley nyaris membalikkan badannya untuk bergegas kembali, namun Friska langsung menghadangnya.
"Aku aja deh Ko yang ke sana buat nanyain. Kalian tunggu sebentar ya," ujar Friska sambil langsung berlari ke arah mereka datang tadi. Wajahnya tampak senang.
"... Pasti karena mahasiswa tadi cakep ya?" celetuk Stanley .
"Iyah, begitulah temen gw. Koko harap maklum aja ya sama kelakuannya."
"Hmm, iya deh gw maklum. Tapi, gw belum maklum nih sama kelakuan lu."
Sherly sedikit kaget kemudian panik mendengar ucapan kakaknya tersebut.
"Belum... maklum apa Ko?"
Stanley berjalan ke depan Stanley dan berjongkok, "Lu... menyembunyikan sesuatu terkait dengan guru olahraga lu yah?"
"Eh!?" Sherly bereaksi spontan terhadap pertanyaan kakaknya.
"Iya, lu nyembunyiin sesuatu dari Koko kan? Guru lu itu... melakukan sesuatu yang buruk kepada lu?"
Sherly tampak bingung. Ia ragu untuk menjawab pertanyaan tersebut. Ia berharap agar sahabatnya cepat kembali, atau ada kejadian heboh yang membuat percakapan ini tidak perlu bergulir. Misalnya, labirin ini mendadak runtuh.
"Sher...," Stanley beranjak sedikit hingga tinggi badanya sepantar adiknya, "Koko minta maaf ya, kalau hubungan kita agak merenggang belakangan ini."
Sherly sedikit kaget mendengar ucapannya tersebut. Sejak kakaknya masuk kuliah, mereka sudah tidak mengobrol sesering dulu. Apalagi sejak dirinya masuk rumah sakit. Hubungan mereka memang tidak sampai akrab sekali seperti sahabat. Namun, dulunya Sherly dan Stanley masih suka bertukar cerita tentang kegiatan atau teman-teman mereka di sekolah.
"Koko kebanyakan kerja sambil kuliah dan terlalu ngandelin sahabat lu untuk jadi support secara mental. Kita udah jarang ngobrol-ngobrol soal kegiatan kita sehari-hari. Maaf ya."
"Oh... iyah gak apa-apa Ko. Gw juga minta maaf sudah ngerepotin Koko yang jadi harus kerja sampingan."
Stanley menaruh tangan kanannya di atas kepala sang adik, lalu mengusapnya pelan-pelan.
"Santai aja. Lumayan buat pengalaman juga," ucap Stanley. Entah mengapa, wajahnya terlihat sedikit sedih. Mungkin karena ia menyesal sebagian besar waktunya harus digunakan untuk bekerja, bukan menemani sang adik.
Apapun alasan sang kakak, Sherly memilih untuk sedikit tersenyum. Ia cukup menikmati elusan kakaknya.
"Nah, buat update sedikit. Gw kasih tahu sesuatu deh. Tapi, janji jangan kasih tahu Friska ya," kata Stanley sambil dibalas anggukan oleh adiknya, "Jadi, gw udah lama putus dari Bella. Sekarang lagi single. Jangan bilang-bilang ya."
"Ah Koko sih, gw yakin cepet dapat cewek baru."
"Haha, kita lihat nanti yah. Nah, sekarang gantian lu yang kasih update."
Mereka berdua kemudian mengobrol sejenak soal apa saja yang dilakukan selama enam bulan belakangan. Sherly banyak menceritakan juga tentang kekonyolan sahabatnya, Friska, termasuk menjelaskan tentang BL. Ketika ditanya ulang tentang Pak Mario, akhirnya ia mau bercerita sedikit saat-saat ia terjatuh saat kemping.