Superpower - Your Life Is The Price

Alexander Blue
Chapter #80

Time Freeze - Bagian 12

'Mulai sekarang, lu sudah BUKAN sahabat gw lagi!'

Kalimat yang diucapkan Edwin sesaat lalu kepada Peter tersebut terasa sangat menyakitkan. Bahkan, rasa sakit tersebut jauh lebih perih dibandingkan saat ia ditusuk di punggung oleh Gisela.

Ia memandang gelang persahabatan milik Edwin yang ditaruh di samping cup es krim. Posisinya masih tetap berdiri di dekat meja, tidak terpikirkan untuk kembali duduk karena ia masih terkejut. Pandangannya kosong. Orang-orang di sekitarnya juga sudah kembali ke kegiatannya di meja masing-masing.

'Ini... Mimpikah?'

Mengapa Edwin langsung bertindak seekstrim itu dengan memutus persahabatan mereka? Padahal, ia sudah mencoba menjelaskan alasannya, namun Edwin malah tidak mau menerima penjelasannya dan pergi begitu saja.

Ia paham kalau Edwin pasti membenci Stanley, karena dirinya juga seperti itu, tadinya.

Setelah mengenalnya lebih dalam, Peter merasa Stanley tidak seratus persen bersalah. Gisela jelas lebih salah lagi sebagai dalang utamanya.

Ah tapi, jika ini adalah permainan siapa yang salah dan benar, maka dirinya juga punya andil di sini. Bahkan, jika ada timbangan untuk mengukur tingkat kesalahan seseorang, bisa jadi kesalahan dirinya lebih berat dibandingkan Stanley karena sengaja menghubungkan Gisela dengan Reza.

Ia melakukannya dengan penuh kesadaran diri, tidak seperti Stanley yang terpaksa menurut karena diancam Gisela.

*PING!*

Ponsel Peter mengeluarkan bunyi notifikasi pesan WhatsUp.

Saat mengeceknya, ternyata itu merupakan pesan dari Ansel. Ia meminta untuk membatalkan dulu pertemuan mereka hari ini karena ada urusan keluarga mendadak. Ia berjanji akan memberitahu kapan dia senggang lagi dan akan mentraktir Peter sebagai permintaan maaf.

'Sakit...'

Apakah Ansel juga tahu kalau dirinya saat ini sedang makan bersama Stanley? Lalu ia memutuskan untuk membatalkan pertemuan mereka secara mendadak?

Tapi, ia tahu darimana?

Apakah ia diam-diam sudah datang duluan dan melihat dirinya? Atau Edwin yang memberitahunya?

Entahlah.

"Peter...?"

Ada suara seseorang yang memanggilnya, namun Peter tidak bergeming.

Ia masih merasa sakit.

Ada rasa sakit yang menyerang hatinya. Rasa sakit tersebut membuatnya menitikkan air mata. Ia terus mengulang pertanyaan yang sama di dalam pikirannya.

Lihat selengkapnya