Siang hari ini, suasana di kafe Starbucky tidak begitu dipadati pengunjung.
Dua-tiga pasang pengunjung dan sekelompok mahasiswa tampak sedang sibuk membicarakan tugas atau pekerjaan mereka. Di sudut lainnya, sepasang pengunjung setia kafe ini juga tampak sedang menikmati minuman yang mereka pesan untuk mengantisipasi kedatangan seseorang.
"Duh Pak, itu anak lama banget ya?" celetuk Ellie sambil menyeruput segelas mocachinno hangat.
"Yah udah santai aja. Udah bagus kita berhasil dapat lead ke dia untuk tanya-tanya soal kasus di Rumah Sakit Masilo tempo hari dari jurnalis kenalan gw itu," jawab Satria sambil mengerjakan suatu artikel di laptopnya.
"Pak, ini kan possible lead buat Kasus Merah. Kenapa malah gw yang lebih was was daripada lu sih?"
Ellie memperhatikan sejenak atasannya yang sedang serius tersebut, kemudian melihat ke arah kakinya yang terus menerus bergoyang naik turun.
"Oh... ternyata lu juga memang lagi kesal nunggu yah Pak? Kebaca tuh dari kaki lu Pak," ucap Ellie sambil menahan tawa.
"Berisik ah. Ini gw lagi fokus dulu buat edit artikel yang lu tulis. Si Pak Riki tiba-tiba minta artikelnya naik sekarang," Satria berusaha fokus kepada laptopnya sambil sesekali menyeruput Iced Cofee miliknya.
Atasan Satria tersebut memang dikenal cukup ketat. Orangnya termasuk tipe yang penuh pertimbangan dan ingin sekali semua berjalan sesuai rencana yang ia susun. Oleh karena itu, Satria dan Ellie selalu berusaha untuk mengerjakan semua permintaan dari sang atasan sesuai tenggang waktu yang diberikan.
Bila mereka gagal menyelesaikannya, maka kinerja mereka akan langsung diberi penilaian sangat buruk. Meskipun sangat ketat, Pak Riki masih cukup fleksibel dalam membiarkan anak buahnya bekerja di manapun.
"Hmm... Ya sudah kalau begitu Pak. Gw tadinya mau kasih satu informasi penting yang berhasil gw korek-... Eh, kebetulan dapat dari adik gw. Soal kasus di kampusnya dua bulan lalu itu, sih."
Satria terkejut sesaat, kemudian meminta waktu lima menit untuk menyelesaikan suntingannya dan mempublikasikan artikel yang dibuat oleh Ellie. Setelah itu, ia mempersilahkan bawahannya tersebut untuk memulai ceritanya.
"Jadi Pak, Gisela yang diduga sebagai pelaku kasus itu adalah anak si Jonru Kapak Besi, Pak."
"Huh? Lu tahu dari mana?" Satria membelalakkan matanya.
"Dulu, gw sempat cover beritanya waktu merangkap ngebantu bagian local news. Dia tuh semacam punya dendam dengan Kapolres Bonar, papanya Reza, gara-gara dia menangkap kedua orang tuanya."
"Hmm... Anak bos gembong narkoba ya," Satria memegang dagunya, "Kalau memanfaatkan koneksi, mungkin ia menghilang saat ini karena dibantu koneksi dari papanya ya. Rasanya, itu sesuatu yang masuk akal dilakukan oleh orang yang terlibat underground business sih."