Peter perlahan-lahan menceritakan hubungannya dengan Stanley yang kini menjadi teman dekatnya, meskipun dulu ia juga tidak menyukai dirinya.
Ia menunjukkan beberapa surat pena yang pernah dikirim CrazyMonsta alias Stanley, termasuk isi email yang dikirimnya saat mereka bertemu hari Sabtu dua minggu lalu. Ia juga mengaku sempat mengundang Stanley ke rumahnya untuk mengobrol karena ia merasa orang tersebut cukup baik untuk dijadikan teman.
Ansel tampak memperhatikan setiap penjelasan yang dilontarkan oleh Peter. Bahkan, ia nyaris tidak bergerak saat pesanan mereka - termasuk salad buah favoritnya - sudah datang diantarkan oleh pelayan. Wajahnya tampak serius, namun tidak terlihat seperti orang yang marah.
"Jadi... Begitulah. Dari sahabat pena, sekarang dia jadi teman di dunia nyata. Sebenarnya gw juga gak nyangka kalau kita bisa cocok menjadi teman sih," ucap Peter sambil mulai menyantap Jumulleok miliknya (daging irisan sapi yang diasinkan khas Korea).
"Oh, jadi begitu aja yang bikin Edwin bikin ngamuk sama lu?" tanya Ansel sambil menyantap Bulgogi.
Peter mendehem singkat sebagai respon atas pertanyaan tersebut. Mereka melanjutkan makan selama beberapa saat tanpa berbicara sepatah katapun, hingga Peter kembali memulai pembicaraan.
"Umm... Tapi, kalau lu gimana? Gw somehow ngerti sih dia ngamuk banget. Edwin sepertinya kaget karena gw seolah-olah gak peduli dengan kematian Reza dengan menjadi temannya Stanley. Padahal, kita semua sama-sama terluka atas kejadian tersebut...."
"Itu hak lu sih untuk berteman dengan siapapun. Gw memang sedikit kaget, tapi dari cerita lu, gw paham kalau Stanley juga 'korban' dari Gisela ."
"Thanks ya, Sel."
"Selain itu, jangan lupa," Ansel berhenti sejenak untuk mengunyah makanannya, "Gw, lu, dan Reza menyembunyikan informasi penting dari dia soal hubungan Gisela dan narkoba. Yah... memang akan butuh waktu lama untuk memulihkan kepercayaannya ke kita sih."
"Kalau sama lu, masih saling berkomunikasi gak?"
Ansel fokus mengunyah Bulgogi miliknya sebelum menjawab, "Gak juga. Ada sih sesekali untuk nanya jadwal konsultasi ke dosen buat ambil mata kuliah semester berikutnya. Tapi, gw juga gak pernah ketemu dia lagi sejak di rumah sakit waktu itu...."
Peter terdiam sebentar.
Pikirannya melayang ke beberapa kenangan saat Reza masih hidup. Saat itu, tidak pernah ada satu konflikpun yang membuat mereka terpecah seperti sekarang. Semarah-marahnya Edwin atau Reza saat dijahili, mereka tidak pernah benar-benar dendam dan 'keluar' dari kelompok ini.
Apakah tali persahabatan mereka semua sesungguhnya tidak sekuat itu?
"Betewe, Peter," ucap Ansel yang beralih menyantap salad buah setelah menghabiskan Bulgogi, "Tadi kan lu sempat mention kalau adiknya Stanley koma dan dirawat di rumah sakit. Dia cerita penyebabnya?"
"Iya, dia bilang jatuh dari tempat tinggi. Tapi, dia gak percaya. Setelah kita selidiki bersama, adiknya tuh ternyata pemilik kekuatan super Levitation. Kemungkinan besar, dia jatuh saat meng-cancel kekuatannya. Cuman, gak tahu juga sih kenapa dia bawa gurunya ikut melayang."
"Levitation... Berarti yang Dito bilang waktu itu benar...," gumam Ansel sambil menyantap potongan buah melon.