Selesai acara utama dan berfoto dengan Peter, para tamu dipersilahkan mengambil makanan maupun snack yang disediakan. Peter segera menarik Stanley sebelum ia dapat menikmati makanannya.
"Stan, ikut gw yuk," ucap Peter sambil sedikit mendorong pria tampan tersebut dari punggungnya.
"Eh wait, wait. Gw lapar nih, lu mau bawa gw ke kamar lu sekarang? Gw belum siap-"
*BUK!*
Peter memukul dan mencengkeram pundak Stanley yang meringis kesakitan.
"OUCH! Ampun!"
"Heh, gw gak tahu maksud lu apa ngomong hal tadi, tapi ada hal penting yang mau gw bicarakan sekarang," Peter terkikih pelan, "Nanti kalau udah, lu bisa bawa makanan yang lu mau buat makan di kamar gw kalau males makan bareng orang-orang dewasa."
"Oh ya, ampun Tuan Mud- eh, Peter. Oke, ini gw jalan ngikutin lu ya. Gak usah didorong."
Setelah itu, Peter berhenti mendorong Stanley dan membiarkannya mengikuti dirinya hingga mencapai ruang perpustakaan.
Di ruang tersebut, tampak sang ayah sedang memberi beberapa instruksi kepada Nara. Kepala asisten rumah tangga wanita tersebut diminta untuk membereskan ruangan kerjanya di lantai dua serta mempersiapkan makanan untuk menyambut beberapa tamu penting sang ayah.
(Contoh visualisasi Gavin Ariwibawa. Ilustrasi oleh @lordgalih_)
"Pa, ini Peter sudah bawa orang yang kemarin aku cerita ya."
"Oh, oke. Nara, tolong segera siapkan ya. Saya ke atas, maksimal lima belas menit lagi."
Nara mengangguk dan pergi secepatnya. Sementara itu, Stanley bergegas merapikan bajunya yang sedikit berantakan karena tadi diseret-seret oleh Peter.
"Selamat malam, Om Gavin. Terima kasih saya sudah diperbolehkan untuk datang ke acara ulang tahun anak Anda," ucap Stanley dengan sopan sambil memasang senyum teramahnya.
"Tentu, terima kasih juga sudah datang. Bila anak saya senang, maka saya juga bersyukur. Kebahagiaan orang tua bersumber dari kebahagiaan anaknya," Gavin tersenyum sambil berjalan menghampirinya.
Wajah Peter sempat menjadi sendu, namun ia cepat-cepat mengembalikan mimik mukanya menjadi normal. Ia tidak ingin mengacaukan suasana ini.
"Sama-sama Om."
"Baik. Berarti kamu... teman barunya Peter kan ya?"
Stanley menjawab sambil menganggukkan kepala.
"Ah, I see. Peter cerita ke saya kalau kamu bisa menulis artikel dalam bahasa Inggris ya?"
Stanley sempat melirik ke arah Peter. Ia memang pernah cerita bahwa salah satu pekerjaan sampingan 'halalnya' adalah menulis dalam bahasa Inggris. Namun, ia sudah berhenti melakukannya karena penghasilannya tidak seberapa.
"Oh, iya Om. Saya sempat kerja sampingan nyumbang artikel di blog luar negeri. Kenapa ya Om?"
"Hmm, begini. Kebetulan, saya baru saja membuat website pribadi. Di sana, saya berbagi seputar pengalaman hidup, pencapaian saya, serta tips-tips berguna bagi mereka yang ingin berkarir di bidang tech dan health startup. Kamu mau menjadi webmaster-nya gak?"
Stanley kembali melirik ke arah Peter yang menganggukkan kepalanya berkali-kali, kemudian kembali menatap Gavin.
"Jadi maksud Om, saya menulis berbagai artikel tentang Om dalam bahasa Inggris di sana?"
"Bisa dibilang seperti itu, tapi saya juga ingin kamu sekaligus handle konten dan profil medsos saja."