[17 Menit Hingga Bom di Rumah Peter Meledak]
Stanley berpisah dengan Ansel dan Edwin untuk berlari mengelilingi lantai dua.
Ia ingat bahwa lantai tersebut merupakan lantai untuk para pekerja sehingga banyak asisten rumah tangga yang berkumpul di ruangan makan dan dapur. Tampaknya pesta di bawah memang sudah nyaris usai sehingga para asisten memilih untuk bersantai sejenak sebelum mulai membereskan ruangan di bawah.
'Duh, banyak orang gini bikin susah buat ngecek.'
Stanley harus menggeser posisi para asisten rumah tangga berkali-kali karena mereka menghalangi perabotan atau tempat-tempat yang dapat digunakan untuk menyimpan sesuatu.
Ia mencoba memeriksa kulkas, bawah meja, dalam kabinet, toilet karyawan, bahkan kamar beberapa orang asisten rumah tangga yang pintunya dapat dibuka. Sayang, tidak ada satupun benda yang bentuknya menyerupai kotak merah.
'Duh, mana sih kotak brengsek tersebut. Merusak suasana aja. Padahal, si Peter dan Edwin tadi tampaknya sudah ada tanda bisa baikkan.'
Setelah membongkar lemari salah satu asisten rumah dan terpaksa membiarkan pakaian berserakan di ranjang, Stanley keluar dan berlari ke arah salah satu ruangan besar di lantai dua yang belum sempat ia cek.
'Ah, ruangan kerjanya Om Gavin. Ada di sana gak ya?'
Ia bergegas membuka pintu yang untungnya tidak dikunci.
Ruang kerja Gavin tergolong sederhana jika dibandingkan dengan ruangan lain di rumah ini, namun cukup dipenuhi oleh foto dan piagam penghargaan yang diterima Gavin selama bekerja. Sebuah meja kerja besar dan kursi kerja warna hitam tampak kokoh di hadapannya. Beberapa kabinet dokumen tampak berjajar di belakang kursi kerja.
Di bagian samping ruangan, terdapat meja pendek dan tiga buah sofa panjang berwarna ungu gelap. Gavin tampak menjamu seorang wanita paruh baya pendek berhijab merah, seorang pria besar berkacamata hitam, dan seorang pria tua berpakaian nyentrik. Keempatnya beku di tempat.
'Hmm... Rasanya gw gak pernah lihat mereka saat acara berlangsung tadi.'
Stanley mengalihkan pikirannya dan segera menghampiri meja kerja Gavin.
Ia segera memeriksa laci, bawah meja, dan sekitarnya untuk menemukan benda yang menyerupai kotak berwarna merah. Sayang, ia tidak menemukan apapun. Ia segera membongkar kabinet dokumen dan memeriksanya sejenak, namun langsung menyerah saat melihat tidak ada tempat kosong untuk menyembunyikan benda lain.
*DUK!*
Stanley yang kesal karena tidak menemukan benda yang dicarinya langsung memukul keras pintu kabinet. Pukulannya tidak begitu kencang, namun salah satu map dokumen jatuh dari kabinet tersebut.
'Agh, maaf Om Gavin. Saya gak bikin penyok kabinetnya kan-'
Stanley beku sesaat ketika melihat label nama dari map dokumen yang jatuh. Ia bergerak mengambil dokumen tersebut dan memperhatikan baik-baik label nama tersebut.
Re:SHAPE Project
Using AI to reshape the world