[5 Menit Hingga Bom di Rumah Peter Meledak]
"Oke, kita dobrak saja kalau gitu ya. Boleh, Pak Gerard ?" tanya Ansel yang tampak berkeringat dingin.
"Pintu ini anti gempa dan api. Saya rasa akan sulit didobrak."
"Ya udah ayo kita lari keluar lewat pintu utama dan mengitari rumah ini-"
"Tidak akan keburu, Nak Ansel . Dari dalam kurang terlihat, namun struktur dinding rumah ini tebal. Lari keluar menuju ruang tengah, keluar, dan berputar ke halaman belakang di situ pasti makan waktu lebih dari lima menit."
Ansel mendecih.
Cara paling cepat untuk mencapai bom tersebut adalah menerobos pintu di hadapannya. Ia menarik nafas dalam-dalam dan mengepalkan tangannya dengan kuat.
"Kalian mundur semua!"
Gerard dan Edwin tampak terkejut. Mereka melangkah mundur untuk memberi ruangan untuk Ansel .
"Sel, gw tahu lu kuat, tapi kalau pintu anti gempa gak akan-"
"Udah diam dulu! Biar gw coba!"
Ansel langsung berlari sambil melayangkan kepalan tinju sekuatnya ke arah pintu.
*DUKKK!*
Pintu tetap bergeming meskipun ada sedikit lecet di permukaannya.
Tampak kesal, Ansel mundur tiga langkah dan bersiap untuk kembali melayangkan tinjunya. Terdapat bekas biru memar di kepalan tangan kanannya.
"Sel, itu jelas-jelas pintunya nyaris gak rusak. Mending kita-"
"Gak apa Win! Habis ini pasti bisa-"
"TUNGGU!"
Peter berteriak dari arah pintu masuk ruang rekreasi dengan sedikit terengah. Ia berlari masuk dengan Stanley menyusul di belakangnya.
"Gw bawa kunci master elektrik untuk pintu keluar masuk rumah," Peter bergegas mengeluarkan gantungan kunci dari sakunya.
Ansel segera menyingkir tanpa bertanya lebih jauh dan menyaksikan Peter memasukkan salah satu kunci ke dalam lubang kunci pintu keluar.
*KLIK!*