[2 jam sebelum penangkapan Gavin Ariwibawa di Resor Rasa Ater]
Setelah tiba di lantai empat dengan berbagai macam pikiran memenuhi kepalanya, Satria melihat-lihat sekitarnya untuk mencari Tommy . Ia memutuskan untuk melangkah menuju ke arah lorong di kanannya.
Baru saja ia berjalan dua langkah, seseorang tiba-tiba menepuk punggungnya.
"Halo, Nak Satria . Sedang apa di sini?"
Satria nyaris terperanjat karena tidak menyadari keberadaan Bi Ijah di belakangnya.
"Oh, selamat sore Bi. Saya hanya sedang berjalan-jalan saja melihat-lihat resor ini, mau cari spot bagus untuk foto. Kebetulan teman saya yang jurnalis senang selfie. Jadi, saya mau kasih tahu dia kalau ketemu spot bagus."
Pria berambut gondrong tersebut menggaruk kepala sambil memperhatikan penampilan wanita di hadapannya. Jika dilihat-lihat, wajah Bi Ijah yang sudah sedikit berkeriput tersebut memang lebih terlihat seperti wanita usia paruh baya.
"Hmm," Bi Ijah menoleh sepintas ke sekitarnya, "Di lantai ini sih, sepertinya Nak Satria sulit mencari spot bagus untuk foto ya. Tapi, kalau mau spot bagus untuk penampakan arwah, saya tahu tempatnya yang pas. Mau coba lihat?"
"Err... Tidak usah Bi. Saya gak begitu tertarik dengan yang horor," Satria mengibaskan tangan, "Oh ya, Bibi gak main bareng keluarga? Masih agak terang di luar kan, belum Maghrib juga."
"Justru, Nak Satria," Bi Ijah mengangkat telunjuknya, "Saya menunggu Maghrib biar lebih leluasa. Penunggu di sini cenderung gak aktif abis Maghrib nanti. Hehe."
Bi Ijah terkikih pelan. Entah mengapa, Satria merasa tidak ingin melanjutkan pembicaraan ini lebih jauh.
"Oh, oke. Kalau begitu, saya permisi dulu ya Bi. Selamat sore."
Satria pamit dan kembali melangkah turun menuju lantai tiga. Sementara itu, Bi Ijah tampak terus memandangi Satria dari kejauhan, seolah mengawasinya bila ia tiba-tiba memutuskan kembali naik ke lantai empat.
'Apa cuma perasaan gw, atau si Bi Ijah sengaja mengalihkan topik pembicaraan terus ya? Hmm....'
***
[45 menit sebelum penangkapan Gavin Ariwibawa di Resor Rasa Ater]
Selesai makan sore bersama rekan-rekan tim EO-nya Harry bergegas pergi meninggalkan restoran.