Superpower - Your Life Is The Price

Alexander Blue
Chapter #135

Shapeshifting Interlude - Carlo's Adventure Bagian 4

Namaku Carlo , seekor anjing berjenis Siberian Husky berumur tujuh tahun. Aku tinggal bersama dengan manusia bernama Satria , adiknya Yudha , serta mama mereka. Makanan favoritku adalah kepingan snack daging merk Sir Canin dan aku paling benci dengan bau durian.

Setelah sempat 'mengamuk' kemarin malam ke teman majikanku yang bernama Harry, Satria mengajak aku ke kafe hewan terkenal di Jakarta bernama Vodka & Gin. Dia mau mengajak aku bermain dengan anjing-anjing lainnya untuk meningkatkan suasana hatiku.

Duh, kamu memang majikan paling keren yang pernah aku punya deh Sat. Eh, tapi aku memang gak pernah punya majikan sih sebelum ini. Jadi, benar donk kalau kamu majikanku yang nomor satu.

"WOOF! WOOF!"

Aku menyalak ke arah Satria yang sedang berbicara dengan salah satu petugas kafe. Pria berpakaian hitam putih tersebut tampak menekan-nekan mesin mirip ponsel majikanku, tapi bentuknya jauh lebih pipih dan lebar.

"Ei, Carlo," Satria menurunkan tubuhnya sedikit untuk mengelus kepalaku, "Bentar ya. Ni aku lagi ngurusin registrasi kamu buat dititip main bareng anjing-anjing lain."

"WOOOF!"

Aku menjilati tangan majikanku sebagai ucapan terima kasih. Satria tampak senang, bahkan si petugas kafe juga tersenyum tipis melihat kedekatan kami berdua sambil tetap menekan-nekan ponsel lebarnya.

Begitu Satria kembali berbicara dengan si petugas, aku melihat-lihat ke sekeliling.

Di hari Sabtu seperti ini, banyak majikan yang membawa hewan peliharan mereka untuk bermain ke sini. Aku dan teman-teman anjing lain dititip di wilayah ini, sedangkan para kucing dititip di tempat terpisah demi menghindari keributan yang mungkin terjadi. Tempat bermain kami sama-sama berada di wilayah terbuka kafe yang sangat luas ini.

Dasar manusia. Padahal, kucing dan anjing gak seburuk itu kok hubungannya. Aku sendiri sebagai anjing yang open minded - mengutip dari ucapan Evan - justru senang-senang saja kok menjalin pertemanan dengan hewan jenis lain.

Kecuali, kalau hewan tersebut punya maksud buruk ya.

"Baik, sudah selesai ya. Carlo bisa masuk ke rumah Wonderland," ucap si petugas sambil menaruh ponsel lebarnya dan mengambil kalung leher berwarna biru, "Pak Satria mau mengikatkan kalung GPS ini ke Carlo atau sama petugas saja?"

"Oh, saya aja gak apa-apa. Si Carlo kadang ngamuk kalau dipegang orang gak dikenal. Haha," Satria tertawa sambil mengambil kalung biru tersebut.

"WOOF!"

Aku menyalak sambil menggoyangkan ekor sebagai tanda setuju dengan omongan majikanku tersebut. Ya iya donk, mana mau aku dipegang sembarangan. Kalau tangan mereka kotor dan membawa kutu, bagaimana coba?

"Oke Carlo, good boy," tukas Satria sambil memasang kalung biru tadi ke leherku dan mengelus kepalaku.

Seingat aku, di kalung ini ada pelacak khusus untuk mencari kalau amit-amit pemakainya hilang entah ke mana. Selain itu, di kalung ini ada semacam medali yang memancarkan warna merah menyala saat si petugas kafe mau menjemput si pemakai.

Teknologi manusia canggih banget ya. Mungkin, kapan-kapan aku bisa minta Yudha untuk mengajari aku juga cara memakai teknologi canggih milik manusia seperti komputer dan ponsel. Sebagai anjing yang haus akan ilmu pengetahuan, wajar donk aku mau belajar.

"Baik, Carlo bisa ikut ya sama kakak ini untuk dibawa ke rumah bermainnya," tunjuk si petugas ke seorang wanita di dekatnya yang membawa tali tuntun.

"Jangan bandel ya Carlo di dalam. Aku mau makan dulu bareng Yudha dan Evan," Satria memasang jempol sambil tersenyum.

"WOOFFF!"

Aku berlari ke arah si petugas wanita sambil tetap memperhatikan Satria yang beranjak pergi ke daerah tempat makan.

Petugas tersebut mengaitkan tali tuntun ke kalung biru yang tadi dipakaikan ke aku. Setelah itu, aku dibawa berjalan ke rumah anjing Wonderland yang terletak sedikit jauh dari tempat pendaftaran tadi.

Saatnya bermain besama teman-temanku!

***

Lihat selengkapnya