Superpower - Your Life Is The Price

Alexander Blue
Chapter #137

Teleportation - Bagian 01

Hari ini, para jurnalis yang sedang berada di kantor DailyTechno tampak sibuk. Beberapa orang jurnalis ditugaskan untuk membuat liputan investigasi terkait pembunuhan CEO Diamond, Ibu Samantha Nasution, yang terjadi akhir pekan lalu. Hal ini mengakibatkan beberapa pekerjaan mereka dilimpahkan ke jurnalis lain, seperti Satria dan Ellie.

"Pak, ini gw baru beres bikin artikel tentang sepuluh aplikasi untuk memenuhi kebutuhan belanja. Lu bisa cek dulu gak?" tanya Ellie kepada Satria yang sedang tampak serius.

"Oke, lu send dulu draft-nya ke gw ya. Ini gw masih beresin dulu artikel limpahan dari si Boni."

Ellie mengiyakan dan kembali berkonsentrasi bekerja di meja kerjanya.

Ia tampak melirik sesekali ke arah Satria yang berkeringat. Sejak pulang dari acara relaunching DiaShop pekan lalu, atasannya tersebut terkena limpahan pekerjaan jurnalis lain yang ditugaskan meliput kasus Bu Samantha. Ia menjadi sering terpaksa melanjutkan pekerjaannya di rumah.

"Satria," seorang pria berkacamata tebal dan berperawakan tinggi tiba-tiba menghampiri Satria, "Mana artikel soal insight perbandingan bisnis ecommerce terbaru di Asia Tenggara?"

"Oh, Pak Riki. Itu masih ada yang mau gw revisi. Masih ada waktu sampai sore, kan?"

"Nay. Hari ini gw kan harus pulang lebih awal untuk antar calon ibu mertua gw. Lu lupa yah, tadi pagi kan gw sudah bilang."

Satria menepuk jidatnya kemudian meminta maaf.

Pak Riki tampak menghela nafas, kemudian memintanya untuk membuka dulu draft artikel yang sudah dia kerjakan. Bila tidak membutuhkan banyak revisi, ia akan langsung mengambil alih artikel tersebut untuk dipolesnya sendiri.

Riki Pratama Konstantin merupakan atasan langsung Satria yang bertindak sebagai Editorial Supervisor di DailyTechno untuk kategori berita teknologi dan Startup. Sehari-hari, ia terlihat sering mengenakan kemeja flanel merah atau biru dengan celana chino abu-abu. Ia juga selalu menggunakan ikat pinggang kulit dan memasukkan bawahan kemejanya ke dalam celananya sehingga terkesan sedikit kaku.

Pak Riki adalah orang yang perfeksionis dan teliti. Meja kerjanya disusun sangat rapih. Ia bahkan menerapkan pedoman tertentu untuk mengatur jarak antar barang-barang yang diletakkan di atas mejanya. Selain itu, dia merupakan tipe orang yang sangat patuh pada peraturan perusahaan. Ia juga selalu datang tepat waktu pada pukul delapan pagi dan pulang tepat pada pukul lima sore.

Beberapa waktu belakangan ini, Pak Riki tampaknya gugup saat tanggal pernikahannya semakin mendekat. Ia mulai membiarkan terjadinya kelonggaran, seperti mengijinkan Satria menjadi MC di acara relaunching DiaShop atau mengambil alih artikel penting yang sedang dikerjakannya, seperti sekarang.

"Oke. Tolong tambahkan sedikit keterangan soal valuasi Tukped terbaru di sini, terus langsung kirim aja artikelnya ke gw ya. Biar gw edit-edit lagi sendiri terus langsung publish," ucap Pak Riki setelah menjelaskan revisi yang masih harus Satria lakukan.

Satria terlihat menganggukkan kepalanya, namun pandangan matanya terlihat tidak fokus. Ia bahkan terlihat seperti orang yang sedang mengantuk.

"Sat? Sat? Oi, lu tadi dengerin omongan gw gak?" tanya Pak Riki sambil menggoyang pundak Satria.

"... Oh, iya. Gw dengar. Valuasi Zalada... Eh, Shiopi, nanti gw revisi kan..."

"Duh, lu gak dengerin gw yah. Bukan Zalada juga bukan Shiopi, tapi Tukped yang harus lu revisi. Inget gak yang lainnya apa lagi?"

"... Oh, iya. Sorry. Yang lainnya masukin data... data...."

Satria tampak memegang kepalanya dan mulai terhuyung lemas. Pak Riki mencoba kembali menggoyang pundak Satria, namun ia malah jatuh ambruk di hadapan laptopnya.

"Sat? Oi, Sat? Jangan tidur donk."

"Pak Riki, Pak Satria kayaknya kecapean kerja. Dari tadi dia kelihatan lemas dan berkeringat," ucap Ellie yang tiba-tiba berdiri menghampiri Satria dengan wajah khawatir.

"Duh, padahal ini artikel insight khusus yang mau diangkat untuk newsletter premium kita. Ya sudah, gw aja yang handle revisinya semua. Tolong bantu Satria untuk istirahat di pantry ya."

Ellie mengangguk dan mencoba membangunkan Satria. Sementara itu, Pak Riki tampak mengulik laptop Satria untuk mengirimkan artikel tadi ke alamat emailnya.

"Pak, yuk bangun... Pak...?"

Ellie mulai tampak panik karena Satria tetap tidak sadarkan diri sambil mengeluarkan keringat dalam jumlah cukup banyak.

"Waduh. Ellie, panggil karyawan lain buat bantu Satria. Saya panggilin mobil pakai DiaDrive untuk antar ke rumah sakit," ucap Pak Riki sambil mengeluarkan ponselnya.

Lihat selengkapnya