Jalan tol dalam kota jurusan Cawang-Pluit tampak dipadati oleh berbagai macam mobil yang diam di tempat. Berbagai pengemudi tampak kelelahan atau sewot karena terjebak macet hampir satu jam. Ada juga yang tampak gelisah karena dikejar menghadiri acara penting, seperti Riki dan kedua orangtuanya.
"Aduh, kita sudah kejebak di sini hampir sejam. Gimana donk Pah sangjitannya? Malu nih Mamah."
"Yah, Papah juga bingung, Mah. Masa mau turun terus lari?"
Riki yang diam di kursi supir memilih diam saja karena sedang menahan kesal. Ia kesal bukan hanya terjebak macet dan terancam terlambat, namun jalur perjalanan melalui tol dalam kota ini merupakan inisiatifnya sendiri untuk bisa datang setengah jam lebih awal.
Pria berambut klimis tersebut melonggarkan dasi panjang berwarna merah yang dikenakannya agar tidak kegerahan. Sesekali, ia juga merapikan ulang posisi jas berwarna khaki yang ia gantung di kursi sebelahnya. Kursi depan sengaja dikosongkan untuk menaruh jas tersebut, sekaligus mebuat kedua orangtuanya duduk bersama di jok tengah.
'Bah, padahal jarang banget terjadi kecelakaan di tol dalam kota. Kenapa harus kebetulan banget sih-'
*CRING!*
Pikiran Riki terhenti ketika ia mendengar bunyi seperti lonceng berdentang.
Ia melihat ke arah kaca spion tengah dan mendapati seberkas sinar putih membentuk tubuh seseorang di kursi jok paling belakang. Kedua orangtuanya yang duduk di kursi tengah juga berhenti mengoceh dan menoleh ke belakang secara bersamaan.
"A.... Apa itu??"
Alangkah terkejutnya mereka bertiga ketika melihat Mira tiba-tiba muncul di jok yang seharusnya kosong tersebut. Sambil memasang senyum termanisnya, Mira menyapa Riki dan kedua orangtuanya.
"Oke. Sekarang aku minta kalian bertiga tutup mata dan percaya saja sama aku ya, biar kita gak telat sangjitannya."
"Eh? Tapi... Tapi Ci Mira bisa naik mobil dari mana? Muncul dari mana tadi?" tanya ibu Riki dengan tampang sangat keheranan.
"Kalau aku jelasin, nanti jadi panjang. Udah udah, kalian bertiga sekarang sodorkan satu tangan kalian ke aku. Tutup mata ya."
Kedua orang tua Riki tampak ragu, tapi akhirnya menurut. Namun, Riki masih bergeming.
"Tan... Tante gak akan melakukan sesuatu yang aneh kan?"
"Udah, Riki . Gak ada waktu lagi. Oh ya, matiin dulu mobil kamu dan pegang kunci sama jasnya. Yuk, cepat, cepat."
Riki tampak diam dan berpikir sebentar.
Munculnya Mira secara tiba-tiba di dalam mobilnya sangat tidak wajar. Ia sangat bingung dan ragu untuk mengikuti kemauannya. Namun, suara detak arloji di tangannya terus bergulir, seolah mendesaknya bahwa apapun harus ia lakukan agar tidak sampai terlambat ke acara sangjitan dirinya.
"Oke. Saya percaya sama tante," ucapnya sambil mematikan mobil dan mencabut kuncinya.
Riki menyodorkan lengan kirinya ke arah Mira , kemudian menutup kedua matanya. Ia merasakan tangannya disatukan bersama dengan tangan kedua orangtuanya oleh Mira untuk dipegangnya sekaligus.