"Duh, lapar nih Ci. Mas DiaFood-nya masih belum datang ya?" keluh Evan sambil menonton film drama Korea di ponselnya.
"Harusnya sudah mau sampai sih. Ini posisinya lagi diam di perempatan Kemanggisan," balas Ellie sambil mengemil kukis nastar.
Siang ini, Ellie memutuskan untuk memesan makanan dengan aplikasi DiaFood karena sedang malas memasak.
Ia menunggu berdua bersama sang adik, Evan, di ruang makan sambil menyantap snack yang tersedia di meja. Orangtua mereka tidak ada di tempat karena sedang dinas ke luar kota, sedangkan Edwin mengerjakan tugas kuliahnya bersama Ansel dan Stanley.
"Lapar nih. Ci, gak ada snack lain apa?"
"Gak ada. Nanti sore Cici keluar sekalian belanja kue sama snack deh."
"Sama Kak Satria?" mata Evan melirik ke arah Ellie.
"Iyah, dia kebetulan diminta tolong mamahnya buat belanja sayur juga. Ya udah sekalian Cici temenin."
"Terus, yang ajak duluan siapa?"
"Pak Satria dulu sih. Emangnya kenapa Van?"
Evan menghentikan sementara film drama korea Record of Youth yang sedang ia tonton dan menutup aplikasi Netplik, kemudian memandang kakaknya dengan wajah cemberut.
"Ci, lu sama Kak Satria yakin cuman atasan dan bawahan aja?"
"Hmm...," Ellie berpikir sejenak sebelum menjawab, "Kayaknya, gak juga sih. Hubungan kita udah lebih dari itu."
Evan memasang muka terkejut dan mendadak berdiri sambil berkacak pinggang.
"Tuh kan! Ternyata benar Cici sama Kak Satria punya hubungan khusus."
"Lho, kamu baru nyadar?" wajah Ellie tampak heran, "Aku sama Pak Satria kan memang sudah kayak teman dekat, sampai kita aja saling mengenal saudara-saudara satu sama lain."
"Sejak kapan Cici sama dia paca- Eh, teman dekat!?"
"Iya, teman dekat. Kayaknya itu lebih pas ya buat ngegambarin hubungan kita," ucap Ellie sambil menopang dagunya dengan telunjuk, "Kalau dia dan Pak Riki, itu baru masih dalam ranah hubungan atasan bawahan. Mereka jarang banget hangout soalnya."
Evan berjalan mendekat sambil mengambil dua-tiga buah kukis nastar.
"Tapi Ci, waktu awal bulan pas Kak Satria sakit dikunjungi atasannya, dia bilang kalian backstreet?"
"Hah? Backstreet?" Ellie kembali berpikir sejenak sambil mengemil sebuah kukis nastar, "Ohh, itu maksudnya karena kita sering kerja bareng di luar kantor, kali. Terus hubungan kita jadi akrab."
"Err, bukan gitu Ci," wajah Evan tampak agak sewot, "Maksudnya backstreet itu lebih ke kalian pac-"
*RIRIRINNGGG!!*
Ponsel Ellie tiba-tiba mengeluarkan nada dering instrumental lagu I'm a Mess dari Bebe Rexha. Ellie langsung menerima panggilan dari nomor tak dikenal tersebut.
"... Oh, oke pak. Yang pagarnya putih kan yah pak? Sebentar ya, adik saya entar keluar ambil."
Ellie menyudahi panggilan dan meminta tolong Evan untuk pergi ke luar untuk mengambil makanan yang sudah datang diantar. Sambil menggembungkan sebelah pipinya, Evan bergegas pergi.
'Tuh anak kenapa ya, kok kayak yang sewot. Apa aku ada salah ngomong?'
Ellie berdiri untuk mengambil kotak tisu yang posisinya berada di dekat tempat Evan duduk. Ia mengambil satu lembar untuk mengusap tangannya yang kotor akibat remah-remah kukis, kemudian menyadari ponsel sang adik yang tergeletak di mejanya.
'Eh, tumben nih anak kelupaan. Ponselnya ditinggalin. Hmm...'