Superpower - Your Life Is The Price

Alexander Blue
Chapter #153

Teleportation - Bagian 17

Mira berjalan mengikuti Nara dengan pelan di belakangnya. Sementara itu, pelayan wanita muda yang sebelumnya menutup pintu kamar anak Pak Gavin dan kembali melakukan kegiatannya membersihkan kamar tersebut.

Mereka berdua berjalan menelusuri lorong ke arah pintu berwarna coklat yang belum dihampiri Mira sebelumnya. Suasana tampak hening karena tidak ada yang memulai pembicaraan, hingga Nara tiba di depan pintu dan membuka mulutnya.

"... Kamu, tadi sempat melihat-lihat isi kamar Tuan Muda?"

"Oh, ehm...," Mira gugup dan menggaruk lengannya sambil melihat ke sembarang arah, "Iya, tadi aku sempat melihat sekilas saja sih. Tapi tidak sampai menyentuh barang apa-"

"Lalu, bagaimana menurut kamu kamar Tuan Muda?" sela Nara tanpa membalikkan badannya.

"Hmm... Oh, rapi sih. Sepertinya Tuan Muda orangnya apik ya."

"Tuan Muda sudah tidak ada lagi di dunia ini. Kamu gak lihat berita?"

Mira mengerenyitkan wajahnya.

Ia baru teringat bahwa anak pemilik rumah ini, Peter Ariwibawa, diberitakan bunuh diri dua bulan yang lalu. Saking gugupnya, ia sampai melupakan fakta penting tersebut.

"Oh, maaf. Maksud aku, Tuan Muda pasti orangnya rapi semasa hidupnya. Jadi, pelayan tadi juga mudah membersihkan kamarnya sepeninggal dirinya," jelas Mira mengarang jawaban.

Nara tetap tidak membalikkan badannya, namun ia terlihat menundukkan kepalanya.

"... Malangnya Tuan Muda. Hidup rapi tanpa mengetahui kenyataan yang sebenarnya."

Mira tampak bingung atas pernyataan tersebut. Ia mencoba berjalan mendekati Nara, namun tersentak kaget karena pelayan senior tersebut tiba-tiba membalikkan badannya.

"Lupakan yang tadi saya katakan," gurat wajah Nara tampak tegas, "Saya masih sedikit pusing karena baru bangun tidur tadi."

"Oh... Baik," jawab Mira sambil tersenyum seadanya.

Nara memandang Mira selama beberapa saat, kemudian membalikkan badan ke arah pintu dan mengetuknya dua kali.

"Permisi, Tuan Gavin. Ini Nara. Boleh masuk?"

Sebentar kemudian, terdengar jawaban dari dalam yang mengijinkan Nara membuka pintu.

Begitu pintu dibuka, tampak seorang pria paruh baya yang masih terlihat cukup gagah mengenakan kemeja santai berwarna ungu muda. Ruangan tersebut tampaknya adalah kamar pribadi Gavin. Struktur kamar tersebut secara umum mirip dengan kamar Peter, namun sedikit lebih berantakan dan tidak ada foto atau semacamnya yang dipajang di atas meja.

"Ah, Nara. Kamu membawa tamu?" tanya Gavin yang sepertinya baru selesai menelepon seseorang dengan ponselnya.

"Iya, Tuan Gavin. Ini katanya pelayan yang baru."

Gavin tampak mengamati sekujur penampilan Mira yang terlihat tegang dan malah melirik ke sekitarnya. Di dalam hatinya, Mira mulai mengingat saran dari Laras yang terdengar sangat konyol bila sampai memang ketahuan oleh penghuni rumah.

Bila tidak salah, saran tersebut berbunyi seperti ini.

'Ci Mira. Kalau sampai kebetulan kamu berpapasan dengan orang di rumah Gavin, sebisa mungkin jangan terlalu panik. Bilang saja kamu calon pelayan baru yang bernama-'

"Rosi, ya? Tadi Gerard bilang kalau ada pelayan baru yang akan datang, temannya dia," ucap Gavin tersenyum ramah.

"I... Iyah. Betul, Pak... Eh, Tuan Gavin. Saya... Rosi yang akan mulai bekerja besok," jawab Mira gugup.

"Oh, Gerard tadi gak kasih tahu ke saya nama pelayan barunya. Saya sempat kira ini penyusup," Nara melirik ke arah Mira yang senyum terpaksa.

"Hmm, sudahlah. Mungkin dia lelah. Nanti kamu antar Rosi keliling rumah ya. Saya mau telepon rekan kerja saya dulu untuk persiapan acara Desember di kantor nanti," ucap Gavin sambil berjalan mendekati Mira, "Dan, selamat bergabung Rosi."

Mira mulai terlihat tidak segugup sebelumnya. Ia dapat tersenyum dengan lebih tulus, membuat Gavin tersenyum balik. Setelah itu, sang pemilik rumah tersebut berjalan melewati Mira dan Nara keluar dari kamarnya.

"Sudah, gak usah terlalu tegang lagi. Tuan Besar ramah kok. Kamu tadi takut karena mikir kalau Tuan Besar orangnya galak ya?"

Lihat selengkapnya