Superpower - Your Life Is The Price

Alexander Blue
Chapter #154

Teleportation - Bagian 18

Selama beberapa hari ini, Mira tampak lebih lelah dari biasanya.

Ia masih perlu melanjutkan penyamarannya menjadi Rosi, pelayan baru di rumah Gavin . Bila tidak ada misi dari Laras , maka ia dapat melakukan teleportasi ke rumah Gavin langsung dari halaman belakang rumahnya tanpa perlu pergi ke ke kafe Vodka & Gin.

Karen sempat curiga kepadanya karena ia pernah lupa mengganti bajunya dari seragam pelayan menjadi baju biasa, namun untunglah ia bisa berkilah bahwa tindakannya tersebut semata 'untuk mendapatkan inspirasi membuat ilustrasi'. Akibat kejadian tersebut, Mira terpaksa benar-benar membongkar peralatan gambarnya dan membuat ilustrasi yang tersimpan di bawah meja rias kamarnya.

'Hmm... Sudah agak lama aku gak pegang pensil untuk menggambar.'

Di ruang keluarga rumahnya, Mira memegang sehelai kertas dan membiarkan televisi memutar sinetron Ikatan Kasih yang sedang populer di kalangan emak-emak pecinta sinetron tanah air. Salah satu aktornya merupakan teman dekat anak Arseti yang merupakan selebgram, sehingga ibu tukang gosip tersebut sering membagikan perkembangan kehidupan aktor tersebut saat acara arisan.

Lama tak mulai menggambar apapun, Mira memutar-mutar pensil jenis HB di jarinya sambil memandang ke kertas kosong tersebut.

'Oh! Mungkin, aku coba buat aja ilustrasi kisah aku di rumah Gavin . Aku mau bikin si galak Nara itu pakai tanduk setan ah.'

Mira mulai menggoreskan pensilnya di atas kertas. Saat guratan yang dibuatnya mulai membentuk kepala dengan tanduk kecil, terdengar suara pintu depan dibuka.

"Mah!" Friska tiba-tiba berlari masuk ke dalam, "Aku udah pulang nih. Mau mandi dulu ya."

"Lho, kok kamu cepat banget pulangnya Fris?"

"Iyah, tadi jam pelajaran terakhir gak ada guru dan kita boleh pulang duluan. Jadi, aku bisa pergi jenguk Sherly hari ini deh."

Mira menaruh kertas di tangannya ke meja, kemudian mengelus wajah Friska . Ia kemudian berdiri untuk mengambil tas punggung Friska dan menaruhnya ke sofa, kemudian beranjak ke dapur.

"Eh, Mamah mulai gambar lagi?" tanya Friska yang iseng melihat kertas yang tadi ditaruh Mira di atas meja.

"Oh, iyah. Mamih tadi lagi dapat inspirasi. Jadi ya, Mamih coba gambar aja."

"Mah, aku boleh minta Mamah gambarin sesuatu gak?" Friska terlihat malu menutupi mulutnya dengan kertas tersebut, "Tapi, gak harus beres hari ini kok."

"Iyah, Sayang. Memangnya kamu mau gambar apa?"

"Aku ada ide gambar yang mungkin bisa bikin si cici senang. Nanti Mamah kembangin sendiri aja tapi. Hihi," jawabnya sambil memutar-mutar tubuh di tempat dan tersenyum malu.

Mira terdiam sejenak.

Perlukah sang anak mendapat hadiah gambar yang tidak seberapa darinya? Bukankah restu darinya untuk menikahi Riki saja sudah cukup? Lagipula, misi dari Laras yang sedang ia jalankan ini juga pasti akan sedikit banyak berguna untuknya.

"Mah? Kok diam?"

"Oh, gak apa-apa," Mira tersenyum tipis, "Mamih siapin nasi dulu ya. Kamu makan dulu, nanti Mamih coba tanya Riki apa dia bisa anterin kamu ke rumah sakit ya. Terus kamu coba aja cerita ide gambar kamu ya."

"Okeh Mah!" Friska mengacungkan jempolnya.

***

Lihat selengkapnya