Setelah dipersuasi sedikit, Friska akhirnya menyerah dan membeberkan semua yang ia ketahui mengenai kekuatan super Sherly dan hubungannya dengan Pak Mario, guru olahraga mereka yang baru masuk sejak tahun lalu.
"Jadi... Maksud lu, Pak Mario sebenarnya hanya bermaksud meluruskan kesalahpahamannya dengan dede gw?"
Friska mengangguk. Ia diam sejenak sebelum lanjut berbicara.
"Iya Ko. Waktu kita terpisah di labirin itu, aku sempat ketemu sama beliau dan dia ngasih penjelasan sepintas tentang kejadian sebenarnya."
"Berarti... Kemungkinan memang Sherly yang sebenarnya berinisiatif untuk melakukan percobaan bunuh diri," gumam Stanley.
"Aku sebenarnya punya feeling kalau Sherly memendam rasa suka yang tidak wajar ke Pak Mario," Friska berbicara dengan wajah muram, "Tapi, aku gak pernah benar-benar mastiin ke dia, karena dia juga langsung minta aku gak usah tanya terlalu dalam. Maaf ya Ko..."
"Hei," Stanley menepuk sebelah pundak Friska, "It's okay. Lu sudah jadi penjaga dede gw selama gw sibuk kerja sampingan waktu itu. Gw juga salah karena gak pernah lagi ngobrol baik-baik soal kondisi dia..."
Friska mengangguk lagi. Ia melirik ke arah Sherly dengan mata sendu.
"Tapi, kalau waktu itu kita gak kebetulan ketemu sama kak Peter, mungkin si Sherly gak akan iseng nyoba aplikasi Superpower juga sih Ko...."
Stanley melepas pegangannya di pundak Friska dengan wajah terkejut. Ia mendadak teringat akan memorinya bertemu Peter di rumah sakit beberapa bulan lalu, di mana ia tidak sengaja duduk bersamanya, Sherly, dan Friska.
"Ah, right. Kalian pernah ketemu Peter ya. Apa dia bilang sesuatu yang penting ke kalian?"
"Umm... Dia cuman konfirmasiin kalau aplikasi itu beneran ngasih kekuatan super. Dia sempat mau cerita kekuatan super temannya, tapi berhenti mendadak melulu, seperti kena setrum gitu Ko."
Stanley berpikir sejenak sambil menopang dahinya.
Reaksi setrum tersebut merupakan reaksi wajar saat seseorang ingin menyampaikan informasi tentang kekuatan super kepada orang yang tidak tahu menahu bahwa kekuatan super itu nyata. Saat itu, Peter pastilah belum mengetahui tentang restriksi penyebaran informasi tersebut.
"Ko, waktu itu Koko kayaknya kenal sama Kak Peter ya? Koko sama dia udah baikkan belum?"
"Eh?" Stanley kaget karena ditanya tiba-tiba, "Itu... Iya, Koko udah baikkan sama dia. Tapi, dia udah gak bisa Koko temuin lagi sekarang...."
Raut wajah Stanley dari kaget berubah perlahan menjadi sedih. Friska yang sepertinya sadar, gantian menepuk pundak Stanley sebisanya.
"Sabar yah Ko. Memangnya Kak Peter ke mana? Dia... Dapat kekuatan super juga lalu pergi ke mana-mana untuk menjadi superhero?"
Sempat ragu sebentar, Stanley memutuskan untuk menceritakan kejadian saat pesta ulang tahun Peter, termasuk Gisela yang mencuri kekuatan supernya. Ia menyembunyikan apa yang terjadi sesudah tubuh Peter ditemukan oleh Gavin karena merasa tidak perlu diceritakan.
"Ahhh!!! Kok jahat banget sih cewek itu! Saraleo!!"
"Eh, tenang Fris. Suaranya dikecilin," ujar Stanley sambil mencoba menenangkan Friska yang berusaha memukul kakinya sendiri karena kesal.
"Duh, maafin aku yah Ko. Habis, cewek saraleo itu sudah ngerusak khayalan aku...," jawab Friska sambil memanyunkan bibirnya setelah kondisinya lebih tenang.
"Khayal- Oh...,"
Entah mengapa Stanley mendadak langsung paham dengan khayalan yang dimaksud. Namun, khayalan hanya tinggal imajinasi semata saja.