Jam lima sore lebih seperempat, hujan mulai turun gerimis di daerah Jakarta Barat. Jalan di ibukota yang umumnya macet, kini semakin bertambah padat akibat banyak pengendara motor yang mulai menepi untuk memakai jas hujan. Selain itu, banyak karyawan yang memilih untuk memesan mobil dengan aplikasi DiaDrive atau LoRide karena malas terkena hujan.
Di salah satu pinggir jalan, Ellie menepikan motornya dan mengambil jas hujan yang ia simpan di balik jok. Beberapa pengendara motor lain juga tampak melakukan hal yang sama karena hujan sudah mulai turun dengan lebih deras. Mobil dan motor tampak padat merayap memenuhi jalan.
'Waduh, ini kayaknya bakal turun hujan gede nih. Apa gw suruh Edwin pulang sendiri aja ya pakai DiaDrive?'
Ellie mengeluarkan satu pak jas hujan berwarna merah yang didesain untuk digunakan terpisah seperti baju dan celana. Pikirannya sedang menimbang opsi apakah akan menyuruh adiknya untuk pulang sendiri agar tidak kehujanan saat menunggu dirinya tiba di kampus Taruna Bangsa.
'Oh ya, gw lupa. Jas hujan satunya lagi masih dicuci, jadi ini si Edwin bisa kehujanan kalau bareng gw.'
Ellie mengaduk barang-barang yang tersimpan di bawah joknya untuk memastikan bahwa tidak ada jas hujan lain yang ia bawa.
Setelah yakin, ia mengeluarkan ponselnya untuk mencari kontak sang adik berambut buzz cut tersebut dan memanggilnya lewat aplikasi WhatsUp. Sambil menunggu diangkat, ia menyeka layarnya dari tetesan air hujan yang menghalangi.
"Halo? Ci?" suara Edwin terdengar kecil karena nyaris kalah dengan bisingnya suara di jalanan tempat Ellie.
"Win?" Ellie setengah berteriak agar suaranya terdengar, "Ini Cici lupa kalau jas hujan satu laginya masih dicuci. Di sana hujan gak?"
"Ah, belum hujan sih Ci. Cuman, kebetulan. Ini aku kayaknya bareng sama Stanley aja. Dia hari ini cancel part time karena atasannya mau pergi ke rumah duka."
"Oh?" Ellie melirik ke arah langit sejenak, "Ya udah bagus. Jadi kamu langsung pulang aja ya. Cici juga sama."
"Iya, Ci. Kalau gitu nih aku mau-"
"EHH! EHH! Bentar, tadi kamu bilang, bareng sama Stanley atau Ansel?"
"Hmm, sama Stanley, Ci. Ansel kalau Kamis udah pulang dari siang. Kenapa Ci?"
Ellie kembali memandang ke arah langit sambil menopang dagu.
Saat mendengar nama Stanley, ingatannya langsung kembali ke pertemuan mereka di Rumah Sakit Masilo dua bulan yang lalu. Ia merasa kalau Stanley memiliki informasi tentang aplikasi Superpower yang lebih dalam dibandingkan dirinya.
"Halo? Ci?"
"Win, kalau kamu sudah sampai duluan di rumah, bisa ajak Stanley ikut makan bareng sama kita gak?" tanya Ellie dengan antusias.