Begitu tiba di rumah, Ellie meminta kepada adiknya, Edwin, untuk menceritakan semua yang ia ketahui mengenai Gisela di ruang makan. Kebetulan, tidak ada seorangpun di rumah. Kedua orang tua mereka sedang pergi dinas, sedangkan Evan pergi bermain ke rumah Yudha seperti biasa.
"Jadi... apa yang dede aku ini sembunyikan dari cicinya tentang Gisela?" tanya Ellie sambil menaruh jaket motornya di kursi.
"... Mmm, bentar Ci. Aku masih lapar nih," balas Edwin yang menjatuhkan dirinya ke kursi dengan wajah lesu.
Ellie menghela nafas sebentar dan pergi ke dapur.
Ia segera membuka kulkas dan mengeluarkan sebungkus bolu bakar rasa roombutter yang sempat ia beli kemarin sore untuk cadangan cemilan malam. Setelah mencatat pengambilan bolu di catatan kulkas, ia segera kembali ke ruang makan dan mendapati adiknya sedang sibuk melihat ke arah ponsel.
"Nih, makan dulu ya dedeku sayang~" Ellie menaruh bungkusan bolu tersebut di atas meja sambil memasang senyum lebar.
Edwin memandangi sebentar kakaknya dan menaruh ponselnya dalam posisi layar menghadap ke meja, kemudian mengambil selembar tisu untuk mencomot sepotong bolu bakar.
"Jadi, apa Gisela punya kekuatan super?"
Edwin hampir tersedak saat mendengar pertanyaan tersebut. Ia segera mengambil segelas air putih sebelum mulai membuka mulutnya.
"Cici... tahu soal kekuatan super?"
"Iya, Cici ngebantu Pak Satria untuk investigasi Kasus Merah. So far, kita ngelihat ada benang merah antara kasus tersebut dengan aplikasi Superpower. Aplikasi itu bisa ngasih kekuatan super, kan?"
Edwin tertunduk sebentar sebelum menjawab pertanyaan tersebut.
"Hmm... Ya udah, kalau begitu aku coba cerita aja yang aku ketahui ya."
Selama beberapa puluh menit ke depan, Edwin mulai menceritakan mengenai pengalamannya berurusan dengan aplikasi Superpower. Ia juga menceritakan tentang kekuatan super Reza, Gisela, dan Peter. Menurutnya, Gisela berusaha membalas dendam dengan memanfaatkan kekuatan super yang ia curi dari Peter.
"Jadi... Peter sebenarnya bukan bunuh diri? Itu kamu yakin kalau Gisela bisa pakai kekuatan untuk mencuri dan menggunakan kekuatan orang lain?" Ellie tampak terkejut.
"Kalau dari analisis aku dan yang lain, sepertinya begitu sih. Ansel sempat mengecek sisa durasi kekuatan super Peter, hasilnya dia hanya pakai dua kali."
"Tapi... dia ditemukan dengan kepala pecah lho, dan ada surat wasiat bunuh dirinya. Bukan kondisi... overflow ya namanya?"
"Itu... Yah, papanya kan orang lumayan berpengaruh, Ci. Pasti bisa dibuat-buat sama dia," Edwin melirik ke samping.
"Jadi, waktu itu kamu disuruh tinggal sama Ansel dan Stanley itu karena kalian disuruh tutup mulut?"
Edwin mengangguk dengan wajah sedih. Ellie diam sejenak untuk memikirkan hal tersebut. Ia merasa masih ada sesuatu yang disembunyikan adiknya, tapi informasi yang ia butuhkan sudah cukup.
"Kamu kenapa gak cerita sama Cici dari awal? Kalau benar, berarti Gisela orang yang berbahaya lho."
"Ah... Sori, Ci. Aku gak yakin Cici percaya tentang kekuatan super soalnya. Lagipula...," Edwin tertunduk sejenak, "Ansel bilang kalau kita cukup saling menjaga dulu satu sama lain."
"Ansel? Kok dia bisa bilang begitu?"
"Iya, dia punya koneksi di kepolisian yang katanya sih tahu soal fenomena kekuatan super. Jadi, dia minta kalau kita cukup fokus aja dengan keseharian kita. Biar urusan Gisela di-handle sama polisi."
Ellie memangku dagu sambil berpikir sejenak.
Satria juga memiliki koneksi seorang teman di kepolisian, tapi koneksi tersebut tidak pernah menyebut informasi apapun yang terkait dengan kekuatan super. Berarti, kemungkinannya antara Satria yang tidak menceritakannya ke Ellie atau polisi tersebut memang tidak tahu menahu mengenai kekuatan super.
'Hmm... Kayaknya gw harus info ke Pak Satria nih, terutama soal Gisela...'
Selagi Ellie tampak berpikir, Edwin kembali mengambil potongan bolu bakar yang tersisa di bungkusan. Ia memandang Ellie sejenak, kemudian melihat kembali ke arah ponselnya dan membuka aplikasi Superpower.
"Ci, aku mau tanya. Kenapa Cici dan Kak Satria menginvestigasi Kasus Merah? Kalian kan bukan crime journalist."
"Oh," Ellie sedikit tersentak, "Papanya Pak Satria itu korban pertama Kasus Merah yang gak diberitakan di media. Jadi, dia lumayan bekerja keras untuk mencari pelakunya sih."
"Berarti," Edwin memperlihatkan layar aplikasi Superpower di ponselnya, "Pelaku Kasus Merah ini si Korona donk?"