Superpower - Your Life Is The Price

Alexander Blue
Chapter #170

Invicibility - Bagian 08

Di Lorong Angin yang menghubungkan kantin utama kampus Taruna Bangsa dengan berbagai gedung fakultas lain, Ansel tampak duduk-duduk santai di salah satu bangku panjang seorang diri. Pada jam setengah sepuluhan pagi seperti sekarang, tidak begitu banyak mahasiswa yang berlalu lalang karena banyak yang sudah mulai memasuki kelas masing-masing.

Sambil menikmati angin yang berhembus lumayan kencang dan memandang langit mendung, pria berambut man bun tersebut mengeluarkan sebungkus rokok dan pemantik api dari dalam tasnya.

'Hah, ke mana ya si Om Kampret itu? Gw sudah nunggu sampai sepuluh menit di sini....'

Saat Ansel mulai menghirup hembusan asap rokok pertamanya, seorang pria kurus yang mengenakan kemeja biru gelap dan kacamata hitam duduk di sisi lain dari bangku yang diduduki Ansel. Ia mengeluarkan botol cairan vape dan mulai menghisapnya dengan peralatan vape.

"Sori Bro, ada rapat dadakan bareng kajur (kepala jurusan) dulu. Udah lama?" tanya pria tersebut sambil menghembuskan asap vape.

"Ya ya. Bebas deh yang jadi dosen," jawab Ansel tanpa membalikkan badannya. Kali ini, ia mencium samar-samar wangi Bubble Gum.

"Thanks buat laporan lu Sabtu lalu. Salah satu anak gw memang sempat melihat si Bulat di Central Park. Tapi-"

"Tapi tetap gak ketangkap kan? Udah tahu dia punya Time Freeze, gak mungkin lah dia bisa ditangkap semudah itu sama anak-anak lu yang masih bau kencur."

Pria kurus tersebut tertawa, tetap tidak membalikkan badannya ke arah Ansel.

Beberapa mahasiswa yang kebetulan lewat sempat memperhatikan pria tersebut sambil saling berbisik dengan temannya. Mungkin, mereka mengira bahwa dosen tersebut sedikit kurang waras.

"Yah, apa boleh buat bro. Di SPARKS, hanya sedikit orang yang punya kekuatan super. Setelah Rosa tewas, hanya kita berdua yang bebas bergerak saat ini dan kekuatan kita memang gak cocok untuk misi menangkap orang berkekuatan super."

Ansel sempat menggali sepintas ingatannya akan satu-satunya anggota SPARKS lain selain mereka berdua yang juga memiliki kekuatan super, Rosa. Sayang, wanita tersebut tewas saat bertugas beberapa waktu lalu.

"Cih, padahal lu bisa pakai kekuatan yang sama saat dulu bawa si Bulat waktu pingsan di acara K3. Kenapa gak mau turun tangan sih?" wajah Ansel sedikit sewot.

"Yah, kan udah titipan dari orang-orang di BIN untuk training kadet-kadet baru. Lagian, gw punya kesibukan lain seperti ngajar-"

"Ngajarin orang dengan kelakuan abnormal lu? Cuih," Ansel mengeluarkan ludah imajiner.

Pria kurus tersebut kembali tertawa. Dua orang mahasiswa yang lewat di depannya mendadak menyapanya karena kaget dengan tawa tersebut.

"Si... Siang Pak Ikhsan. Lagi senang Pak?"

"Oh? Iya, saya senang melihat mahasiswa-mahasiswa penuh semangat seperti kalian. Sampai jumpa nanti di kelas seperempat jam lagi ya."

Kedua mahasiswa tersebut mengangguk dan berjalan cepat ke arah gedung Fakultas Ekonomi setelah dilambaikan oleh tangan Ikhsan. Sementara itu, Ansel diam sambil memandangi ponselnya.

Muhammad Ikhsan Chairul merupakan rekan kerja Ansel di unit rahasia pemerintah yang berhubungan langsung dengan Badan Intelijen Negara, SPARKS. Pria kurus yang senang menggunakan kemeja ini tipe yang jahil kepada rekan kerjanya, namun ramah kepada orang yang tidak begitu kenal dekat dengannya.

Sekalipun usianya jauh lebih tua, Ansel tidak merasa canggung mengobrol dengan dosen yang dijulukinya sebagai 'Om Kampret' tersebut.

"Bro, lu sepertinya lebih sewot dari biasanya. Ada apa sih? Cerita donk," ujar Ikhsan sambil menyikut ringan lengan Ansel.

"Gw masih belum berhasil menemui koneksi gw. Dia susah banget dihubungi."

"Oh, yang buat PHANTOM itu ya? Koneksi lu cewek?"

Lihat selengkapnya