Berhubung kafe Vodka & Gin dimiliki oleh seorang pria bule penggemar masakan Betawi, maka mayoritas hidangan yang dapat dipilih para pengunjung berkisar di antara makanan Betawi dan makanan Eropa.
Satria tampak melahap salah satu makanan Betawi favoritnya dengan nikmat, soto Betawi. Ia menambahkan sambal sehingga rasanya menjadi lebih pedas nikmat, membuatnya mulai berkeringat. Saking asyiknya menikmati makanan, ia hampir tidak menyadari bahwa lawan duduknya cenderung diam sambil mengulik ponsel.
Beberapa menit kemudian, Satria yang merasa lidahnya sudah 'terbakar' banyak mengambil gelas penuh berisi air mineral dingin dan menenggaknya hingga habis. Saat itulah dia baru menyadari bahwa lawan duduknya masih belum mulai makan.
"Hei, Stan," Satria melirik ke bagian mejanya yang masih kosong, "Kamu gak pesan makanan apa-apa?"
"Ah, takutnya Ci Ellie sudah beres ngobrol dengan Bu Laras, gak enak kalau tiba-tiba makanan saya datang."
Pria jangkung tersebut tampak melirik ke sekitarnya, seolah mencari tanda keberadaan Ellie. Melihatnya bersikap tidak begitu tenang, Satria menyodorkan gelas berisi jus jeruk yang berada di bagian mejanya ke arah Stanley.
"Kalau Bu Laras bisa tiba-tiba meminta Ellie ngobrol dengannya, pasti ada sesuatu yang penting. Bisa jadi lama juga. Setidaknya, lu isi perut dulu sedikit dengan jus ini."
"Oh... Makasih ya Kak Satria," Stanley mengambil gelas jus dan mulai menyeruput melalui sedotan, "Sori yah date-nya Kak Satria dan Ci Ellie jadi keganggu."
"Iya gak apa- EH! Date apaan?" wajah Satria terkejut dan ia batal menyeruput kuah soto di hadapannya.
"Kak Satria dan Ci Ellie pacaran kan? Jadi saya-"
"Eh, siapa yang ngomong kita pacaran?" ucap Satria sambil menyodorkan garpu ke arah Stanley.
"Adiknya Ci Ellie, si Evan. Kakak berdua kelihatannya juga dekat, jadi ya saya percaya. Bener, kan?"
Satria berhenti menyodorkan garpu dan menggaruk kepalanya. Wajahnya tampak sedikit sewot.
"Kagak. Adiknya dia sepertinya berdelusi karena salah nangkap obrolan gw dengan kolega gw. Kita hubungannya profesional kok, meski gw memang anggap dia juga seperti teman baik pada umumnya."
Stanley mengangguk dan memangku dagunya, seolah memikirkan sesuatu. Sementara itu, Satria mulai melanjutkan makan dengan menyendok sepotong daging dari mangkuk soto.
"Tapi... Stan, Gw bingung. Ellie kok bisa kenal Bu Laras ya? Bukannya baru dikenalin sama kamu tadi?"
"Ah, iya Kak," Stanley mendadak sadar dari pikirannya, "Saya kira, dia kenal Ci Ellie karena sama-sama mantan bawahannya kayak Kak Satria."
"Nah, gak sih. Setahu gw, dia kerja di kantor kedutaan Aussie sebelum ke DailyTechno. Bu Laras udah lama jadi Head Editor di Harian Compass. Sepanjang gw masih kerja di sana, gak pernah sekalipun Bu Laras ada keperluan di sana."
"Oh, I see. Kak Satria cukup perhatian juga yah," Stanley tersenyum sambil menyeruput jus jeruknya.
"Iya- Eh, kenapa saya merasa kamu lagi main-main dengan saya ya?" Satria berhenti makan dan melipat tangannya.
"Nah, tidak apa-apa Kak. Just kidding kok," Stanley menggoyangkan tangannya.
Satria menghela nafas sejenak.
Ia sebenarnya sedang khawatir bila Ellie secara tidak langsung terlibat terlalu dalam dengan urusan Kasus Merah maupun kekuatan super. Ia ingat suasana hati Ellie sempat memburuk tiba-tiba saat hari pernikahan atasan mereka, Riki, dengan Karen.
Biasanya, Ellie akan segera mengganggunya dengan seruan 'Eh Pak' khasnya bila ada hal-hal yang mengganjal pikirannya. Namun, saat itu ia cenderung diam. Mungkinkah ada sesuatu yang selama ini disembunyikannya dari dirinya?
'Belum lagi, ingatan Ellie juga ada yang tersegel. Pertemuan pertama kita sebelum kerja bareng di DailyTechno. Kok gw juga mulai merasa kita pernah ketemu ya sebelumnya....'
Satria mulai mencoba menggali ingatannya. Samar-samar, ia mulai mengingat suara seseorang yang bernada mirip Ellie disusul suaranya sendiri.
... Oh? Makasih ya udah bantu saya ...
... Ya, gak apa-apa. Sori saya agak buru-buru...