Malam hari ini, Gisela kembali mengenakan gaun terusan berwarna biru gelap yang sudah lama tersimpan di lemari pakaiannya. Ia sempat bercermin di kamar sambil memutar-mutar tubuhnya untuk meyakinkan diri bahwa penampilannya sudah baik.
'Hmph. Malam ini aku perlu tampil baik di hadapan para Joker yang lain agar mereka gak keberatan sama aku.'
Setelah yakin akan penampilan dirinya, Gisela keluar dari kamar dan bertemu dengan Elisa yang mengenakan pakaian sehari-harinya saat bertugas sebagai Joker: Kemeja putih dibalut jas hitam, celana panjang hitam, sepatu wedge hitam. Gisela sempat memanyunkan bibirnya saat melihat penampilan tersebut.
"El, kamu tuh benar-benar gak ada baju lain ya kalau buat keliling di markas?"
"Oh, saya sudah terbiasa saja sih dengan gaya berpakaian ini. Gerakan saya juga tidak terhambat bila terpaksa harus bertarung dengan orang lain," jawab wanita berbibir merah gelap itu dengan pose berdiri tegap.
"Ya sudah. Yang penting, kamu pakai baju lain kalau lagi bikin konten video Giselisa ya."
"Baik, Nona Gisela. Saya paham," jawabnya sambil menunduk sedikit.
Gisela menghela nafas pendek dan mulai berjalan dengan pandangan lurus ke depan.
Ia tahu bahwa Elisa selalu memasang pose serius sebelum melakukan rapat dengan Joker lain ataupun bertemu dengan Mother. Alasannya adalah untuk menjaga mood, namun Gisela terkadang merasa Elisa terlalu berlebihan mempersiapkan dirinya.
Kali ini, mereka berdua dipanggil oleh Mother untuk bertemu dengan Joker lain. Setelah berjalan melalui beberapa lorong sempit yang hanya boleh dilewati oleh para Joker, mereka tiba di ruangan rapat besar yang dulu pernah dimasuki Gisela saat pertama kali bertemu Mother.
Di dalam ruangan tersebut sudah ada dua orang lain: Seorang pria berambut tipis dan agak tambun yang sepertinya berusia nyaris tiga puluh dan seorang remaja perempuan cantik berambut kepang kembar.
Mereka berdua tampak beradu mulut dengan kencang.
"Heh, Bang Ndut. Udah tahu ini rapat serius, ngapain bawa gunpla buat dirakit sih?" teriak remaja berpakaian seragam SMP tersebut.
"Bocah Mulut Busuk, gw gak sempat unboxing di rumah. Jadi, gw mau rakit sekarang. Protes mulu kenapa?" balas si pria tambun.
"Ih, dibilang panggil gw Cindy aja sih. Cindy yang manis kayak candy," si remaja berambut kuncir dua melotot ke arah pria tersebut.
"Ogah. Najis. Lu aja gak mau panggil gw Silas. Ngapain gw capek-capek manggil nama asli lu?"
"Idih. Dasar gendut belagu jahat," Cindy menjulurkan lidah, "Lu udah pernah backstab bos sendiri, pasti nanti bakal backstab Mother juga."
"Hei!" wajah Silas berubah menjadi murka, "Mana gw tahu kalau mantan direktur gw bisa sampai kalap ngebunuh mantan atasan gw gara-gara aibnya ketahuan? Gw cuma jalanin tugas gw dengan ngasih info ke klien gw. Gitu-gitu, gw bener-bener respect sama Mike, tahu!?"
Gisela merasa sedikit heran melihat pertengkaran kedua orang yang seharusnya merupakan anggota unit Joker tersebut.
Ia sudah mengira bahwa mereka akan menjaga sikap karena rapat akan dimulai sebentar lagi bersama Mother, namun apa yang dilihatnya sekarang berbeda jauh dari perkiraan tersebut.
*POK POK!*