Superpower - Your Life Is The Price

Alexander Blue
Chapter #190

Ascension - Bagian 02

Enam tahun yang lalu...

"Ih, pergi yuk. Jangan dekat-dekat orang freak!"

"Pantesan gak punya teman. Gak peka sosial sih!"

Berbagai ucapan yang dikeluarkan oleh mahasiswa di sekitarnya tersebut sudah sering terdengar secara tidak langsung oleh Ellie.

Sejak perbuatannya yang mengacuhkan seorang pengurus kebersihan yang terjatuh di kelas terlihat oleh seniornya, banyak gosip beredar yang membuat namanya jatuh.

Ellie tidak segera menolongnya waktu itu karena ada mahasiswi lain di dekatnya yang membantunya. Mungkin bagi orang lain dia terlihat cuek. Namun, Ellie menggapnya itu efisien karena saat itu dirinya sedang tanggung menyelesaikan tugas kuliahnya.

Wanita berambut ekor kuda tersebut berusaha untuk tidak menghiraukan seluruh rumor tersebut dan duduk menyendiri di Lorong Angin di kampusnya sambil bermain dengan ponselnya.

'Uh, sudahlah. Sekarang aku mau cek nilai akhirku di portal mahasiswa- Huh?'

Betapa terkejutnya Ellie karena salah satu mata kuliahnya, Politik Bisnis Internasional (PBI), mendapatkan nilai C. Ellie termasuk mahasiswa berprestasi dan tidak pernah mendapatkan nilai di bawah B sepanjang ia kuliah di jurusan Hubungan Internasional.

Panik, ia segera mendatangi dosen mata kuliah tersebut untuk meminta penjelasan.

"Oh, karena kamu tidak mengumpulkan tugas besar kelompok yang saya suruh bulan lalu. Itu komponen nilainya setara UTS," jawab guru tersebut sambil asyik menggosok kukunya.

"Tugas? Ibu gak pernah kasih info apa-apa kok."

"Tidak mungkin. Saya sudah minta ke ketua kelas buat kasih tahu semua orang di kelas," jawab dosen tersebut tanpa melihat Ellie.

"Tapi Bu, saya benar-benar-"

"Udah-udah. Penilaian sudah final. Lagian nilai kamu C, gak usah ulang mata kuliahnya juga tetap lulus kok," dosen tersebut membuat gerakan mengusir dengan sebelah tangan.

Ellie yang pasrah akhirnya berjalan keluar dari ruangan.

Wajahnya tampak murung. Baginya, nilai C tersebut membuat transkrip nilainya ternoda dan berpotensi menghambatnya untuk mendapatkan program beasiswa S2 yang sedang dikejarnya.

"Eh udah dengar belum? Si El dapat C?"

Telinga Ellie menangkap samar-samar pembicaraan tersebut dari dalam ruang kelas yang kosong. Tampaknya ada sekelompok mahasiswi senior yang sedang bergosip di dalamnya.

"Yah, mahasiswa pintar kayak dia, satu nilai C doank gak apa lah. Gak bakal bikin mati."

"Ahaha! Ci Chisa ngomongnya gitu amat," timpal salah satu mahasiswi.

"Duh. Mungkin itu gara-gara gw acuh- ups- lupa ngasih tahu tugas besar ke dia. Hahaha!" Chisa tertawa keras.

Ellie mendadak teringat sesuatu. Chisa merupakan seniornya yang juga ketua kelas mata kuliah PBI.

"Iya tuh. Salah sendiri dia cuek sama orang yang butuh ditolong. Jadi, wajar aja kan sekelas juga cuek gak ada yang ngasih tahu dia soal tugas besar itu," Chisa mendengus senang.

"Tapi lu isengnya berlebihan juga ya Ci, ntar kalau dia- Eh?" salah satu mahasiswi menyadari Ellie yang sedang mendengar percakapan mereka.

"El?" Chisa menatapnya dengan terkejut.

Ellie tidak menjawab dan langsung berpaling. Ia berlari menjauhi ruangan kelas tersebut sambil menahan kepedihan yang timbul di hatinya.

***

[4 Hari Menuju Acara Christmas With Diamond]

Pagi itu, Ellie terbangun di kamarnya setelah memimpikan sebuah memori yang pernah dialaminya selama masa kuliah.

Berkat 'perbuatan iseng' Chisa dan teman-temannya, nilai C di mata kuliah PBI membuatnya gagal mendapat beasiswa S2 di Tokyo. Memang terdengar sepele, namun seleksi beasiswa yang diikutinya sangat ketat dalam memilih calon penerimanya.

Meskipun impiannya sudah terkubur, Ellie bertekad untuk bekerja keras di Indonesia sambil mengumpulkan uang agar suatu hari nanti dapat melanjutkan kuliah dengan modal sendiri.

'Ah, gw gak pengen mikirin itu lagi....'

Ia segera duduk sambil memeluk Koro, boneka kucing hitam kesayangannya. Butuh waktu beberapa saat untuknya menenangkan diri dan melupakan kenangan buruk tersebut.

'Ini... Bener kan yah gw masih hidup? Bukan lagi di alam baka?'

Ellie meraba wilayah dadanya. Tidak ada bekas luka tembak sama sekali. Tidak ada darah yang mengalir keluar.

Ia menghela nafas panjang dan mencoba mengingat kembali kejadian dua hari yang lalu saat menyaksikan adiknya dan Yudha diculik oleh dua orang pria berkacamata hitam.

Lihat selengkapnya