Superpower - Your Life Is The Price

Alexander Blue
Chapter #19

Psychokinesis - The Shocking Truth Bagian 2

Gisela akhirnya mengungkap jati dirinya sebagai anak dari pemilik salah gembong narkoba terbesar di Indonesia, Jonru Kapak Besi. Reza tampak kaget saat menyadari bahwa selama ini dirinya menyukai putri dari penjahat besar yang pernah ditangkap ayahnya.

"Sejak papa kamu nangkap orang tua aku, hidupku jadi susah. Beberapa orang di kampus ngejauhin aku karena ada rumor yang beredar bahwa aku anak bandar narkoba yang ditangkap tersebut. Bisnis jelas ditutup. Seluruh rekening atas nama keluarga aku dibekukan karena semua uang di sana adalah uang kotor. Sisa uang aku gak banyak..."

"Tapi... Kamu... Kamu gak ada keluarga lain?"

"Gak ada! Mayoritas keluarga inti aku memang terlibat dalam jaringan bisnis papa. Aku satu-satunya yang bersih."

"Tapi bisnis narkoba itu ilegal..."

"IYAH! Itu ilegal! Dan aku juga sebenarnya gak setuju orang tua aku terlibat di bisnis ilegal!" Gisela berteriak dan mulai berekspresi kesal, "Tapi mereka janji! Mereka bilang kalau itu terakhir kalinya mereka bertransaksi! Mereka bilang kalau uang yang didapat harusnya akan cukup untuk modal mereka mulai bisnis restoran dan aku kuliah sampai lulus!"

Reza diam tidak menjawab. Ia melirik ke arah Peter yang masih kesakitan dan tidak berkata apa-apa.

"Harusnya... Harusnya habis itu semuanya bisa NORMAL! Aku gak perlu bohong lagi ke siapapun soal pekerjaan orang tua aku! Aku bisa kuliah normal, bisa jalan-jalan dengan teman normal, bisa jatuh cinta normal dengan seseorang dan menikah normal..."

Gisela berhenti sejenak saat setitik air mata mengalir keluar.

"Tapi... Semuanya RUSAK! Karena papa kamu nangkep orang tua aku saat semuanya hampir BERAKHIR!"

Reza masih diam. Ia ingin menyanggah, namun ia merasa itu akan memperburuk keadaan.

"Jadi... mata dibalas mata, tangan dibalas tangan," ucap Gisela sambil mengeluarkan sebuah kemasan plastik kecil transparan berisi sedikit bubuk putih dari saku tas punggungnya. Ia melemparkan kemasan tersebut kepada Reza , namun tidak ditangkap olehnya.

"Apa ini?"

"Kokain," ucap Gisela sambil berjalan mendekati Peter , "Hisap kokain tersebut sekarang."

"Tunggu! Apa yang kamu inginkan dengan aku hisap kokain ini?"

"Aku mau kamu menyerahkan diri sebagai pengguna dan sekaligus mengaku sebagai pengedar kokain di kalangan mahasiswa."

"... Hah!?"

"Papa kamu sudah menghancurkan keluarga aku!! Jadi, sekarang aku balas dengan ngehancurin keluarganya!"

"Tapi... Kalaupun aku menuruti permintaan kamu, polisi gak akan menemukan bukti apa-apa kalau aku pengedar. Ujung-ujungnya, semua akan balik ke kamu-"

"Aku GAK PEDULI! Dengan kamu pernah ketangkap dan diinterogasi saja, itu sudah cukup untuk bikin headline news di berbagai portal berita besar. 'Anak kepala polisi terlibat jaringan pengedar narkoba'. WOW! Berita clickbait yang bagus. Sekalipun kamu nanti bebas, orang Indo itu mudah termakan rumor. Aku tinggal cari penulis-penulis lepasan untuk angkat tulisan tentang konspirasi pembebasan diri kamu nanti! WOW"

"!!!" Reza terkejut namun tak menjawab. Terdengar gila, namun rencana tersebut masuk akal.

"Bukan cuman keluarga kamu. Teman-teman dekat kamu juga pasti akan kena dan dicurigai sebagai sengkokolan kamu. Saksikanlah betapa jahatnya kekuatan berita dan gosip netizen! Dan- OH! Aku sudah bayar beberapa orang untuk mengaku sebagai pembeli kokain dari kamu dan, sekarang lepas tas punggung kamu dan keluarkan semua isinya."

Sempat ragu sebentar, Reza mengeluarkan seluruh isi tas punggungnya. Kemudian, ia menaruh tas punggungnya di lantai.

"Nah, dengan begini tas kamu gak punya power yang cukup untuk dijadikan alat gebuk, dan...," Gisela mendekatkan belatinya ke arah wajah Peter , "Jangan coba-coba gerakkin motor kamu yang lagi terbakar itu. Kalau gak, aku tusuk lagi dia."

'SH*T!'

Reza mulai panik. Panik dan kesal. Kedua objek Psychokinesis-nya sudah 'dikunci' oleh keadaan ini.

"Ja... jangan lakukan Reza ," ucap Peter dengan lirik. Ia sebisa mungkin menahan sakit di punggung yang membuatnya tidak bisa berdiri.

"Ohh.. Bisa ngomong juga kamu. Betewe, makasih ya kamu udah bantu ngelancarin aku buat deket sama dia~"

" Reza ... Aku gak apa-apa.... Jangan sampai kamu... pernah punya catatan kriminal-..."

"Ahhh! Iya juga ya. Kamu ingin menjadi hakim kan ya? Masa hakim pernah punya catatan kriminal atau terkena ancaman pidana sih? HAHA!!"

'ANJ*NG!!' teriak Reza dalam hati.

Situasi ini semakin gawat bagi Reza . Bila ditangkap, masa depannya hancur. Keluarganya hancur. Teman-temannya juga akan ikut terseret karena gosip.

"Cepat... Pake Pyschokinesis ke motor... Gw luka gak apa-apa..."

"Ohh, tidak bisa! Orang sebaik Reza tidak mungkin membiarkan sahabatnya kenapa-kenapa! HAHA!!"

'Cewek ini... Gila...'

Batin Reza bergejolak. Apa yang harus dia lakukan?

Apa benar-benar tidak ada cara lain?

Kenapa Ansel atau Edwin atau siapapun tidak segera datang? Tapi kalaupun mereka datang, bisa apa mereka? Perempuan ini sudah gila. Dia tidak takut dipenjara. Baginya, balas dendam ke ayah Reza lebih penting.

Lihat selengkapnya