Sabtu siang di kantin kampus Taruna Bangsa sebelum acara K3 berlangsung...
"Eii, lu gak jadi makan bareng sama Gisela ?" tanya Ansel sambil menikmati salad buahnya.
"Hmm... Gak apa-apalah. Gw lagi pengen makan bareng aja sama kalian," jawab Reza sambil melahap potongan buah duren.
"Emm... Kalian putus?" tanya Peter sambil menyeruput jus melon.
"Hahh? Emang lu udah jadian? Kok lu gak bilang gw sih?" tanya Edwin yang hampir saja menyemburkan limun jeruk yang sedang diminumnya.
"Ngaco!! Lu jangan bikin gosip dah Peter !" bantah Reza dengan muka yang memerah, "Kan nanti malam juga ketemu dia pas acara K3. Jadi gw enjoy siang ini sama kalian dulu."
Peter tertawa kecil melihat Reza bereaksi atas ucapannya, sedangkan Edwin kembali meminum limunnya dengan tenang.
"Nanti kalau udah jadian, kita bakal ditinggalin gak nih?" tanya Ansel dengan ekspresi tengil, "Kalau di film-film, biasanya pas salah satu anggota grup teman udah punya pacar, pasti dia bakal jarang hangout bareng lagi."
"Yaa... gw pasti harus bagi waktu lah. Tapi, sante aja guys. Gw gak bakal mendadak hilang kok. Malah, nanti gw bawa doi aja buat hangout bareng kita."
"Doi. Doi. Udah yakin banget yah bakal jadian~" balas Ansel dengan nada mengejek.
"Duh, itu kan kalau. Kalau jadi. Ya mau siapapun pacar gw nanti, gw gak mungkin ngelupain kalian lha," tukas Reza sambil menyodorkan lengan kanannya, "Nih, gelang persahabatan kita ini udah bukti mati ya kalau kita tetap sahabat sampe akhir."
Masing-masing melihat ke arah gelang tali merah yang mereka pakai.
"Ini beneran ya kita musti pake ginian. Gw jarang banget liat mahasiswa atau bahkan anak SMA sekarang pake yang kaya ginian bareng temen-temennya," ucap Edwin .
"Kan elu yang waktu itu nyaranin beli untuk dipake kita semua biar lebih kompak. Terus mau dicopot aja? Gimana sih!" ujar Ansel dan Reza hampir bersamaan.
"Bu... Bukan berarti gw gak suka gelangnya, tapi kita kan udah... udah kompak dari sananya," jawab Edwin sambil memalingkan muka.
Ansel dan Reza langsung serempak mengejeknya sebagai tsundere, sedangkan Peter hanya tertawa melihat adegan tersebut.
Mereka berempat memutuskan tetap memakai gelang tersebut, kemudian lanjut bercanda dan mengobrol berbagai hal, dari yang tidak penting hingga yang sedikit penting. Sekalipun grup pertemanan ini baru terbentuk sekitar satu semesteran, mereka sudah merasa sangat bersahabat dengan satu sama lain sejak lama.
Mereka percaya hanya maut yang dapat memutuskan tali persahabatan ini.
Ya, hanya maut.
***
Memori saat makan siang terakhir bersama Reza itu mendadak mengalir di benak Edwin .
Siang ini, langit senja di TPU (Tempat Pemakaman Umum) Grogol, Jakarta Barat, ditutupi oleh kumpulan awan berwarna kelabu.
Kepedihan. Tangis. Amarah.