SUPERVERSE: Passion Breeds Power

Kak Vivi
Chapter #2

BAB 1: Gerbang Hasrat

Angin berdesir pelan seperti desahan dari dunia yang baru saja bangkit dari tidur panjang. Zeyran Azyura terbaring di atas tanah yang berdenyut seperti dada yang sedang bernafas. Warna langit di atasnya bukan biru, melainkan ungu kehitaman, seolah senja dan malam saling bercinta tanpa jeda.

Ia membuka matanya perlahan, nyeri membakar di dada kiri, bekas luka lama yang kini terasa seperti terbuka kembali. Tapi yang membuatnya terdiam bukan rasa sakit, melainkan suara-suara samar yang datang bersama angin. Seperti suara hatinya sendiri, dibisikkan kembali oleh semesta.

Tidak ada gedung, tidak ada jalanan, hanya padang luas yang hidup. Rumput-rumput memendarkan cahaya lembut, dan bebatuan seakan berdetak mengikuti langkah waktu. Zeyran bangkit, tubuhnya dibalut kain asing yang tak ia kenali, namun terasa akrab di kulit.

“Di mana ini?” bisiknya lirih, tapi tak ada gema.

Suaranya tenggelam di udara yang terlalu pekat oleh rasa. Sementara itu dari kejauhan, muncul sebuah sosok. Langkahnya perlahan, seperti bayangan yang dipahat dari cahaya senja. Rambutnya panjang, mengalir seperti arus sungai di bulan purnama. Matanya redup, namun mengunci. Wajahnya terlalu tenang untuk dunia yang kacau.

Zeyran berdiri terpaku. Ia tak tahu siapa perempuan itu. Tapi dari caranya melangkah, dan dari tatapan yang menusuk ke dalam luka, ia tahu bahwa wanita itu tidak datang untuk menjawab pertanyaan. Ia datang untuk membangkitkan sesuatu yang telah lama dikubur dalam-dalam.

“Namamu?” tanya Zeyran akhirnya, dengan suara seraknya yang menyusup antara napas gugup.

Wanita itu berhenti. Hening. Kemudian bibirnya melengkung, dan ia menjawab dengan nada seperti mantra,

“Calyra!” jawabnya singkat.

Langkah Calyra Madyara terhenti hanya beberapa jengkal dari Zeyran. Tak ada angin yang memisahkan mereka, hanya diam yang terlalu berat untuk diabaikan. Matanya menatap luka di dada pria itu, seolah tahu asal muasalnya, seolah itu bukan luka biasa, melainkan segel bagi sesuatu yang lebih dalam, dan lebih berbahaya.

Zeyran berusaha membaca wajah perempuan itu, tapi sia-sia. Ekspresinya tenang, tapi bukan hampa. Justru terlalu penuh. Seperti samudra yang menyimpan badai.

"Aku merasa pernah bertemu denganmu," ucap Zeyran, pelan tapi bergetar.

Calyra mengedipkan mata sekali. Lambat. “Kamu pernah mencariku... bahkan sebelum tahu aku ada.”

Suaranya seperti nyanyian yang dilahirkan dari kelam dan cahaya bersamaan. Dada Zeyran berdenyut makin nyeri, seperti luka itu bereaksi pada keberadaannya. Ia menunduk sesaat, menggenggam sisi tubuhnya, berusaha menahan sensasi aneh yang menjalar dari dalam. Bukan sakit. Tapi hangat yang menyebar terlalu cepat, hingga hampir membuatnya kehilangan kesadaran.

Calyra melangkah maju lagi. Tangannya yang pucat menjulur, lalu menyentuh luka itu perlahan. Ujung jarinya dingin, tapi sentuhannya seperti api. Seketika, dunia seakan berputar. Langit gemetar. Udara membungkus mereka seperti kabut yang penuh rasa.

Zeyran memejamkan mata. Dalam kegelapan di balik kelopak itu, ia melihat kilasan: dirinya berdiri di altar yang terbakar, Calyra menatap dari seberang lautan api, dan ribuan sosok bersayap runtuh ke tanah. Semua terasa nyata, seakan ingatan yang tak berasal dari hidup ini.

Lihat selengkapnya