ZAID Tanjung menitipkan kakap asam manis dan gulai kikil untuk ayah. Ia memberi tip dadakan, berbagi atas limpahan membludaknya pengunjung kedai.
“Langsung pulang saja, tak usah ikut berpawai. Esok usahakan jangan terlalu siang.”
“Ya, Pak Zaid. Terima kasih...”
Aku mampir ke Home Base. Seperti kuduga, tidak ada siapa-siapa. Aku tinggalkan gulai kikil di ruang tengah. Pulang pawai kawan-kawan pasti segera mengganyangnya. Ayahku menghindari makan daging berlemak tinggi semacam kikil dan jeroan.
Tak langsung pulang ke rumah, aku menuju gerai Hok Lo Pan Sungailiat. Membeli kudapan favorit, martabak Bangka rasa cokelat keju. Ditemani kopi susu hangat, tentu nikmat sambil menyimak berita di televisi perihal kemenangan heboh itu.
Heboh? Tahukah kawan, yang lebih spektakuler, lebih gila lagi, sebenarnya saat Timnas Merah Putih berhasil memastikan tiket menuju Turki mewakili zona Asia. Korea Selatan dibuat tak percaya dengan kekalahan 3-1. Panglima TNI memerintahkan serentak pada Kodam di Sumatera hingga Papua untuk melakukan tembak salvo sebanyak tujuh kali. Menteri Hukum dan HAM ikut berbahagia dengan instruksi anugerah remisi (pengurangan masa tahanan) pada seluruh Lembaga Pemasyarakatan. Bahkan Presiden, yang tengah berada di Beijing dalam rangka kunjungan kenegaraan, ditemani Perdana Menteri China secara live muncul di layar kaca mengucapkan selamat dan mengumumkan pemberian hadiah bagi seluruh pemain serta official tim.
Hadiah yang dikatakan berasal dari kocek pribadi tersebut adalah umrah bagi yang muslim dan ziarah ke Jerusalem untuk penganut Kristen. Sementara pemeluk Budha akan menapaktilasi tempat kelahiran Sang Budha di Lumbini, Nepal. Lalu, bonus bagi seluruh official tim menikmati eksotisme Li Jiang River, sungai indah di utara Guilin, China.
Kebijakan hadiah itu seolah jadi pemahaman bersama. Tatkala senja berganti wajah, di antara gema azan Magrib, Mikail – malaikat pengirim rezeki – rupanya sedang tamasya di langit nusantara. Reruntuhan rezeki yang tak pernah dialami atlet olah raga manapun, saat itu bertubi mengguyur pemain Tim Garuda. Tidak berselang lama, Kementerian Pemuda dan Olahraga lewat Pak Menteri menghadiahi satu unit rumah bagi tiap pemain. Tak lupa janji beasiswa pendidikan untuk tingkat sarjana sampai doktoral bagi dua anak, jika Timnas mampu menembus babak knock out.