Surat Cinta

Bluerianzy
Chapter #15

15. Merindukannya

Sudah beberapa hari ini saya tidak bertemu Kinanti, perasaan sedih tentu saja ada pasalnya bertemu dengan Kinanti adalah salah satu hal yang begitu saya harapkan dan setiap kali kedua kaki ini melewati toko kelontong saya berharap tentang keberadaannya yang tiba-tiba terlihat di depan mata, tapi sayangnya hal itu tidak pernah terjadi sampai detik ini.

Omong-omong, semenjak Kinanti pergi. Tingkahnya Ranti semakin mengganggu, dia selalu menghampiri saya di mana pun dirinya melihat saya. Risih? Tentu saja, terlebih dia sering menyinggung Kinanti mengatakan jika Kinanti bukanlah perempuan baik.

Dan contohnya sama seperti sekarang ini, setiap pulang bekerja Ranti selalu menunggu di depan gang lantas jika perempuan itu melihat keberadaan saya dia langsung tersenyum lebar dan bergegas melangkahkan kedua kakinya mendekati saya.

"Ranti senang sekali, akhirnya Mas Dimas pulang." Perkataannya membuat saya memutar bola mata dengan malas karena setiap kali melihat saya pulang bekerja, selalu kalimat itu yang diucapkan olehnya terlebih kini perempuan itu merangkul lengan saya dengan seenaknya.

"Jangan seperti ini, saya tidak suka," ujar saya seraya melepaskan rangkulan tangannya dengan paksa.

Dan raut wajahnya terlihat cemberut. "Memangnya kenapa? Mas Dimas malu ya jika dilihat oleh orang-orang?"

Saya mencebikkan bibir berusaha untuk tidak menanggapi ocehannya yang cukup merusak telinga, karena kehadiran Ranti sama sekali tidak saya harapkan segera kedua kaki ini melangkah pergi meninggalkannya. Lagi-lagi Ranti merangkul lengan saya dan untuk kedua kalinya saya melepaskannya secara paksa.

"Mas Dimas kenapa sih? Semenjak ada perempuan itu Mas Dimas jadi berubah!"

Omong kosong, sedikit pun saya tidak pernah berubah. Sikapnya saja yang semakin menyebalkan.

"Mas Dimas, tunggu!" Untuk ketiga kalinya Ranti melakukan hal yang sama, merangkul lengan saya dengan seenaknya.

Sikapnya yang sungguh memuakkan membuat saya menatapnya dengan tajam. "Ranti, saya tidak ingin membuat kamu sakit hati. Sedikit pun saya tidak pernah berubah, saya hanya risih atas tingkah kamu yang semakin hari semakin mengganggu. Seharusnya kamu sudah sadar dari dahulu jika saya tidak pernah menyukai kamu."

Rangkulannya melemah dan segera saya melepaskan diri darinya, perempuan itu dengan kedua tangan yang terkepal dan sama sekali saya tidak peduli karena saya memilih pergi meninggalkannya yang mungkin sebentar lagi dia akan berteriak meluapkan kekesalannya.










Lihat selengkapnya