Andra memukul-mukul badan motor bagian depan tempat tangki bensin seperti memukul drum, sementara dia duduk di atas motornya. Bersenandung kecil dengan wajah ceria, menanti pujaan hati keluar dari istana.
“Pagi, Ndra.”
“Pa … gi … Aisha.” Andra memiringkan kepalanya untuk menatap wajah manis Aisha. “Yuk.”
Aisha segera menyambar helm yang hendak dipakaikan Andra di kepalanya. “Aku bisa sendiri, Ndra.”
“Ih kamu.” Andra mencubit dagu Aisha.
“Mau kemana, Sha?” tanya Abdulah.
“Papa? Aisha mau ke Toko Buku.”
“Pagi Om.” Andra meraih tangan Abdulah dan mengecupnya.
“Nggak sama bang Irham?”
Aisha menggelengkan kepala. Hari libur seperti ini sudah pasti Irham habiskan untuk bermalas-malasan di atas tempat tidur.
“Ham?”
Irham berlari tergopoh-gopoh sembari memakai jaket jeans. “Iya, Pa?”
“Mau ke mana?” tanya Abdulah pura-pura padahal dia yang menyuruh Irham untuk menemani Aisha.
“Nemenin Aisha ke Toko Buku.” Irham mengedipkan mata pada Aisha.
Aisha mengangkat ujung bibir sebelah kiri ke atas. ‘Dih apaan?’
“Sha?” Andra menuntut penjelasan. Bukankah acara itu hanya untuk mereka berdua saja. ‘Kenapa harus ajak si Irham, sih?’
Aisha mengangkat bahunya. ‘Lagian tumben-tumbenan bang Irham mau ikut ke Toko buku?’
“Ini pada kenapa sih, kok pada diam?” tanya Abdulah melihat ketiga anak di hadapannya yang hanya saling memainkan mata.
“Nggak apa-apa, Pa. Aisha pergi dulu ya.” Aisha meraih tangan Abdulah.
Saat Aisha hendak naik motor Andra, Abdulah Menyahut, “Sha, kenapa nggak di bonceng bang Irham?”
Aisha menurunkan kaki.
Irham tersenyum sembari menaik turunkan alisnya.
Aisha tersenyum kering menatap Andra. “Maaf ya.”
“Kamu salah apa sama teman kamu ini, kok minta maaf?” Abdulah posesif.
“Papa … Aisha berangkat ya, Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Aisha naik ke atas motor Irham. Dia sempat melirik ke balkon rumah Anggi, benar saja Anggi sedang mengintip mereka dari atas balkon. Aisha pura-pura tidak melihatnya.
Motor melaju dengan kecepatan sedang, Andra mengikuti mereka dari belakang. Kencannya dengan Aisha gagal total, sikap dingin Abdulah membuat Andra tidak nyaman. Dia seperti dicurigai akan menculik atau berbuat sesuatu yang membahayakan Aisha.
Andra menggelengkan kepala. “Bokap Aisha kolot banget ya. Mana mungkin gue nyakitin orang yang gue sayang,” dengkusnya.
Sementara Aisha yang tidak enak hati pada Andra, sesekali menoleh. “Bang, yakin mau ke Toko buku?”
Irham tertawa. “Kalau gue bilang mau beli buku, emang lu percaya?”
Aisha mencubit pinggang Irham. Semenjak gaul dengan Andra dua tahun yang merupakan pindahan dari Jakarta, gaya bicara Irham ikut-ikutan seperti anak Jakarta.