Tiga
Lelah rasanya mata ini, begitu banyak airmata mengalir rasa haru dan sedih bercampur menjadi satu, entah mengapa malam ini terjadi dengan begitu sendirinya tanpa direncakan sedikitpun.
Tapi tetap pada hari – hari sebelumnya dan selama ini yang terjadi, mataku tak pernah dapat terpejam dimalam hari. Aku terkena penyakit insomnia akut, yang menyebabkan malam hari itu seperti siang dan siang tetaplah siang tak kan berganti menjadi malam disiang hari, seperti halnya bulan yang tak mungkin tampak disiang hari.
Baik , aku bergegas kedapur untuk membuat segelas kopi , tapi bukan untuk penghilang kantuk melainkan untuk membuat tubuhku merasa segar. Aku ambil pula buku diary kesanganku dan tape recorder, untuk merekam seluruh keluh kesahku dan kutuliskan semua yang bisa aku tulis. Mungkin telah bertumpuk puluhan buku diary, ya hanya itulah hanya buku itulah yang setia menemaniku sampai pagi lagi.
Akhhh ,,, aku mulai bosan, apalagi yang harus aku tuliskan lagi di buku ini, dari mulai kelembutan sampai sumpah serapah telah tertulis di buku itu. Jiwaku terkikis resah.
“aku bingung …”
“ aku bingung …”
“ Aku bosan”
“ aku ingin terpejam “
“ Aku ingin bermimpi “
“ tapi itu tak pernah sekalipun aku rasakan…”
“ Mungkin aku harus bermetafora , menuliskan semua kepenatan ini dengan bait – bait narasi atau hiperbola.
SAJAK TANPA MAKNA
Hening Senyap
Hanya suara jangkrik Yang menemaniku
Berbisik lirih Mendendangkan lagu kesunyian
Mengalunkan irama tarian angin malam
Mungkin Luapan pikiranku telah usang
Lidahku pun telah enggan untuk berkosakata
Ah.. terlalu penat rasanya
Setiap detik aku harus bergelut dengan kerasnya keinginan
Yang tiada dapat ku jangkau
Rupanya keindahan hanyalah khayal
Dibalik mimpi menembus batas kebahagiaan
Pintaku hanya satu tidak lebih
Aku hanya ingin dunia tahu