Blurb
PUSPA seharusnya tidak pernah jatuh cinta padaku. Mestinya dia tetap bersama kekasihnya yang sangat mencintainya. Namun, Sang Khalik ternyata memberi kami takdir pelaminan yang sama.
Kisah cinta kami dimulai dengan air mata. Aku membentaknya pada pertemuan pertama kami dan dia menangis sesunggukan sepanjang siang. Dua tahun kemudian kami menikah.
Puspa bukan sekadar istri bagiku. Dia dikirim Tuhan menjadi malaikat penolongku dengan tugas yang maha berat. Hari-harinya dipenuhi begitu banyak air mata. Belasan tahun kesedihan merundungnya karena ia memilih tetap bertahan mencintaiku.
Seringkali aku bertanya kepadanya, kenapa dia harus terlibat dalam nasib burukku. Sementara, dia sebenarnya punya banyak kesempatan untuk memilih jalan hidup berbeda yang mungkin bisa membuatnya bahagia.
Dan, jawabannya selalu sama, "Aku tidak tahu."