SURAT CINTA UNTUK ISTRIKU

Mario Matutu
Chapter #21

Bab 21 Kelahiran Syifa

AKU bangun salat subuh lalu tidur lagi. Tapi hanya satu jam karena Aura sudah bangun dan merengek ingin ditemani ke pasar untuk membeli mainan.

Saat kembali ke rumah, aku langsung mengambil pakaian kotor yang sudah menumpuk di kamar dan mencucinya di kamar mandi.

Sejak Aura lahir, urusan mencuci pakaian memang terkadang kuambil alih. Puspa pernah protes. Selain menganggap pekerjaan mencuci sudah tugas turun temurun seorang istri, dia juga malu pada pada tetangga kami. Tapi aku tidak menggubris protesnya.

“Bapak juga mencuci pakaian Mama. Lalu, kenapa kau harus malu? Lagi pula ini bukti kalau aku mencintaimu dengan segenap hati, jiwa, dan ragaku,” kataku saat Puspa melontarkan protes.

Sejak hari itu, Puspa tidak pernah lagi meributkan siapa yang harus mencuci. Apalagi setelah dia mengandung anak kedua kami. Puspa sangat membutuhkan bantuanku untuk beberapa pekerjaan rumah tangga yang seperti tidak ada habisnya.

Aku selesai mencuci satu setengah jam kemudian. Setelah mandi dan berganti pakaian, aku menemani Puspa yang sedang tidur-tiduran di kamar.

“Kata dokter yang pernah aku wawancarai, ibu hamil itu, sambil menunggu hari persalinannya tiba, ia bisa menyibukkan diri dengan melakukan hobi yang disukai. Jadi, tidak harus tidur melulu tanpa melakukan apa pun. Kecuali….”

“Kecuali apa?”

“Kecuali kalau hobimu memang hanya mencintaiku dan yang kau sukai hanya aku.”

Puspa tertawa lalu tiba-tiba meringis.

“Maaf, maaf. Sakit ya?” tanyaku.

“Mules dan nyeri,” jawabnya sembari memegang pinggulnya.

Aku panik.

“Jangan-jangan kau sudah mau melahirkan.”

Puspa menggeleng. “Sepertinya belum. Tapi kata Mama tadi pagi, kemungkinan paling lambat Selasa.”

“Oh.”

Aku mengawasi Puspa dengan gugup. Ia masih memegangi pinggulnya beberapa saat. Hampir lima menit ia terus meringis sebelum akhirnya menghela napas lega.

Lihat selengkapnya