“TERIMA kasih, Sayang,” ucapku setelah Puspa selesai mengikat rambut Syifa.
“Terima kasih untuk apa?”
“Kau sudah memberi aku putri-putri yang cantik.”
“Kalau ibunya cantik, anak-anaknya juga pasti cantik.”
“Begitukah?”
“Jelas dong. Masa wajah ayu seperti Shireen Sungkar begini tidak cantik.”
“Suit suit.”
“Tidak percaya?”
Aku tidak segera menjawab pertanyaan Puspa. Pikiranku terbang jauh ke Jakarta. Aku sedang membayangkan diriku adalah Teuku Wisnu. Untungnya teriakan Syifa langsung menyadarkanku sebelum aku sempat melihat cermin.
“Ada apa, Nak?” tanyaku setelah menghampiri Syifa di depan tv.
“Ada pesawat jatuh,” jawab Syifa.
Aku duduk di samping Syifa yang langsung naik ke pangkuanku. Ternyata benar. Pesawat Sukhoi Superjet 100 mengalami kecelakaan di Gunung Salak, Jawa Barat. Seluruh penumpangnya tewas.Termasuk lima wartawan; Dodi Aviantara (majalah Angkasa), Didi Nur Yusuf (majalah Angkasa), Aditya Sukardi (Trans TV), Ismiaty (Trans TV), dan Femi Adi (Bloomberg).
Aku teringat lima tahun lalu. Pesawat Adam Air jatuh di perairan Majene, Sulawesi Barat. Itu adalah peristiwa kecelakaan pesawat yang paling menghebohkan di dunia. Bukan karena jumlah korbannya, melainkan kesimpansiuran informasinya.
Setelah dinyatakan hilang pada 1 Januari 2007, keesokan harinya, pesawat itu dilaporkan ditemukan warga di Desa Rangoan, Kecamatan Matangnga, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Kabar penemuannya menyebar dengan cepat setelah Gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh, Menteri Perhubungan, Hatta Rajasa, dan Koordinator tim SAR Marsekal Udara Pertama Eddy Suyanto mengumumkannya lewat jumpa pers yang disiarkan di tv.