Blurb
Lewat celah dinding papan, Petruk mengintip ke luar. Cahaya matahari membuat sungai yang berwarna coklat keruh itu memiliki gemerlap di permukaannya. Tenggorokannya tercekik kehausan dan perutnya kaku menahan rasa lapar. Sementara adik perempuannya terbaring tak bernyawa di atas dipan. Pikirannya kemudian membayangkan isi bungkusan dari daun jati yang selalu dibawa oleh Ibunya tiap malam. Bungkusan berisi singkong rebus dengan parutan kelapa yang sudah bau tengik.
Petruk pun bertanya-tanya, mengapa wanita itu tak pernah lagi, datang?