Surat dari Langit

Rahma Yulia Putri
Chapter #22

Aku Tertidur dan Ia Kembali Hilang

Bel sekolah berbunyi, aku akan melakukan hal berarti untuk hari ini, mencari langit ke apartemennya, lagi.

Jika kalian bertanya apa melelahkan melakukan hal ini, terus bertanya-tanya dan mencari Langit, padahal aku sama sekali tidak tahu dimana ia berada sekarang.

Aku tentu saja lelah, lebih dari lelah sebenarnya.

Kenapa tidak menunggu Langit datang saja, dan menjelaskan padaku semua hal yang terjadi padanya?

Aku tidak bisa menunggu hari itu tiba, empat hari dan aku tidak ingin lebih lama lagi dari ini.

Tidak sampai satu purnama katanya?

Satu minggu saja, aku tidak akan mau menunggunya.

Apartemen Langit, terkunci seperti biasanya, tidak menandakan adanya kehidupan di dalam sana, aku tidak memiliki akses untuk masuk ke dalam.

Berapa jam pun, aku akan menunggu, sampai melihat Langit dengan mataku sendiri.

Tidak ada kursi ataupun bangku di sini, aku memutuskan duduk di lantai.

Sangat bodoh untuk seorang Alyana Mentari yang tidak akan melakukan hal-hal konyol seperti ini, tapi karena Langit, aku yang sekarang bahkan mau saja melakukan hal bodoh ini.

Tiga jam, Langit tidak menampakkan batang hidungnya sedikit pun, tapi tekatku lebih kuat dari pada matahari yang tengah tenggelam saat ini, begitupun dengan suara azan magrib yang menggema.

“Dek, udah dari tadi di sini? Nggak pegal kakinya duduk di lantai?” seorang perempuan menegurku.

Aku tersenyum tipis, “Nggak papa, Mbak.”

“Lagi nunggu orang ya? Udah mau malam loh, mau masuk dulu? Kamarku yang di sebelah,” tawarnya

Aku menggeleng, “Nggak usah, Mbak, nanti takutnya yang ditunggu hilang lagi.”

“Langit?”

“Mbak kenal Langit?”

Perempuan itu mengangguk sambil tersenyum, “Tetangga, jadi nggak mungkin nggak kenal, lagian Langit juga kerja part time di warung kopi suamiku, dia sering cerita.”

“Part time?”

Ternyata, ada banyak hal yang tidak kuketahui tentang Langit, makin kesini, aku semakin asing dengan sosoknya.

“Iya, Langit nggak cerita? Kamu pacarnya ya?” 

Aku mengangguk dengan kikkuk, “Dia tiba-tiba ngehilang gitu aja, Mbak.”

“Makanya kamu nyari ke sini? Akhir-akhir ini kayaknya Langit lagi sibuk, soalnya sering pulang malam.”

Aku mengangguk, tersenyum, “Makasi infonya, Mbak.”

“Iya, yakin kamu nggak nunggu di dalam aja?”

Lihat selengkapnya