Surat dari Langit

Rahma Yulia Putri
Chapter #8

Planet

Aku tersenyum semringah, ide dari Radit begitu cemerlang, sangat cemerlang.

“Iya juga ya, kenapa gue nggak sampe kepikiran kayak tadi? Makasi banget, Dit. Ya ampun senang banget gue.”

Aku tidak bohong, rasanya baru saja mendapat jalan keluar dari labirin setelah ribuan tahun berkeliling di dalamnya, sedikit lebay memang, tapi begitulah rasanya.

Tapi, jauh di lubuk hatiku, ada saja rasa tidak rela jauh dari Langit untuk saat ini, segala tingkahnya yang diam-diam kunikmati, cara-caranya yang bersikeras untuk mendapat sedikit perhatian dariku, dan juga bagaimana Mama yang selalu senang dengan kedatangan Langit ke rumah walau cuma dua kali.

Tentang bagaimana Mama yang selalu antusias membahas tentang Langit.

“Iya, santai aja kali.” Radit membalas dengan kalem.

“Eh tapi lo serius mau langsung mutusin si Langit.” Lea bertanya.

“Ya iya lah, harus dulu gue tunggu sampai kita anniv?”

“Iya juga sih,” balas cewek itu kemudian.

✉📜

Jam istirahat, Langit begitu nekat, aku tidak kaget juga sebenarnya jika Langit sampai nekat ke kelasku, tapi tetap saja aku tidak pernah siap dengan segala tingkah laku Langit yang sangat tidak biasa.

“Pacar! Ngantin kuy!” panggilnya ceria, berjalan santai ke dalam kelas.

Banu yang sedang makan bakso dari mangkuk Desi langsung tersedak dan menyemburkan kembali baksonya ke dalam mangkuk.

“Sialan lo, Ban! Jorok amat! Ganti bakso gua!” Desi mengumpat tidak terima, menepuk bahu Banu dengan kesal.

“Pacar!” keberadaan Langit yang sudah di samping mejaku kembali mengalihkan pikiranku dari Banu dan Desi.

“Ekhem! Ini kelas!” Ega berkomentar.

“Bukan tempat pacaran.” Egi ikut menambahkan, jika dilihat mereka semakin kompak saja.

“Gue sama Lea.”

“Yah, sama aku aja pacar!”

“Ih, aku kamu. Ega, kamu ke kantin nggak? Aku mau ke kantin soalnya, kalau Egi bagaimana?” 

Jujur, aku semakin geli dengan perkataan yang keluar dari mulut Banu.

“Aku ikut dong, Ban, kamu mau ganti bakso aku kan, Ban.” Desi menepuk bahu Banu dari belakang.

Tidak ingin mendengar obrolan menjijikkan itu, aku menarik tangan Lea keluar dari kelas, mengabaikan Langit yang memanggil-manggil.

“Lo nggak ikut, Dit.”

“Iya, tungguin gue.”

Lihat selengkapnya