Semua orang di kantin tercengang, aku tidak yakin suaraku memutuskan Langit cukup lantang hingga terdengar di telinga semua orang, mengingat bagaimana ricuhnya kantin saat ini.
Atau mungkin karena aku dan Langit sedari tadi memang menjadi sorotan, entahlah, aku tidak memperhatikan sekitar sebelumnya, lebih pada Langit yang menyebalkan.
Namun, tatapan mataku berakhir pada Radit yang sedang menerima beberapa mangkuk bakso dari Mbak Dian, ia tersenyum, mengangguk kecil padaku seolah yang kulakukan ialah hal yang benar, dan Radit sepertinya menantikan moment itu, moment ketika aku memutuskan Langit.
“Kamu nggak bisa gitu Mentari, ini nggak kayak tebakan temanmu itu.”
Aku mengacuhkan, berharap Langit menyerah dan memilih bergabung bersama gengnya itu.
Atau aku berharap Langit semakin membujukku dan semakin gencar mendekati, entahlah, aku sedang tidak yakin dengan diriku sendiri.
“Udah deh Langit, gue minta lo berhenti kayak gini, dari awal gue emang nggak yakin lo tiba-tiba dekatin gue nggak ada hujan nggak ada badai.”
“Tapi itu, itu ... pokoknya nggak kayak yang kamu pikirin itu.”
“Udah deh, beberapa hari ini gue capek berhubungan mulu sama lo.”
“Mentari!”
“Apa lagi?” aku bertanya dengan jengah, apalagi memangnya yang diinginkan oleh cowok itu?
“Yang nentuin kita pacaran itu gue! Jadi mau putus pun harus dengan persetujuan gue dan sekarang gue nggak mau kita putus!” ucapnya, aku tidak menemukan nada membujuk di sana, karena sepertinya Langit tidak bermaksud membujuk, ia memaksaku.
Aku dipaksa oleh seorang Angkasa Langit.
Aku yang selama ini tidak pernah terlibat begitu jauh dengan hubungan antara cewek dan cowok kali ini dipaksa oleh seorang cowok yang menjadi impian setiap cewek seantaro Venus.
“Nggak bisa gitu!” aku membalas tidak terima.
“Kita masih pacaran, kalian semua catat ini baik-baik! Alyana Mentari sekarang pacar Angkasa Langit, jika ada yang berani ngusik cewek gue, berhadapan langsung sama gue, terlebih kalian para cewek yang berniat nyakitin Mentari karena dekat sama gue!” ucapnya memberi pengumuman.
“Lo nggak bisa perlakuin gue seenaknya ya!”
“Aku bisa.”
Aku kesal, melirik pada Lea meminta pertolongan, tapi sepertinya Lea bahkan enggan untuk berurusan dengan Langit.
Kemudian tanpa aku sadari Radit sudah berdiri di sebelahku, “Nggak elit banget lo maksa-maksa cewek.”