Surat Merah Jambu untuk Gadis Minyak Telon

Arineko
Chapter #5

Bunda?

DI TEMPAT Ayu berpijak saat ini, akhirnya ia akan menjumpai orang yang sejak semalaman membuatnya tidak bisa tidur nyenyak. Gugup, tegang, tidak tahu harus berbuat apa. Belum-belum semua perasaan itu kembali datang secara bertubi-tubi dan bercampur baur dalam rongga dada Ayu.

Netra selegam jelaga milik Ayu telah tersita penuh demi mendapati laki-laki bersetelan celana panjang khaki serta jaket bomber navy itu ada di sana. Palpitasi jantung Ayu pun berulah dua kali lipat lebih cepat. Oh, betapa dari hari ke hari seniornya itu semakin tambah ganteng saja, sekalipun hanya tampil kasual.

Astagfirullahal'adzim ... ingat, Yu, ghodul bashor. Baru saja minggu lalu di kajian halaqah, ia mendengar ceramah ustazah perihal menjaga sebagian pandangan dari yang bukan mahram. Hampir saja Ayu terbawa perasaan pada laki-laki yang belum menjadi haknya.

Tiba-tiba Ayu mendapati Raden menoleh ke arahnya. Terkesiap gugup, Ayu cepat-cepat menundukkan kepala. Apakah laki-laki itu sudah menyadari keberadaannya juga? Ayu tak bisa menahan degup jantungnya yang kian menggila bersama gagasan bahwa Raden pasti tengah berjalan menghampirinya.

Cukup lama menunggu, kenapa Raden tidak juga menyapanya? Ayu mengangkat kepala dan melihat Raden ternyata masih berdiri di tempatnya. Bukankah di surat itu Raden menulis akan segera tahu siapa Ayu begitu datang?

Ah, positive thinking saja. Mungkin yang tadi itu Raden tidak melihat Ayu karena terhalang lalu-lalang pengunjung lain Taman Bianglala yang memang selalu ramai di hari Minggu seperti ini. Ada yang sekadar datang untuk berjalan-jalan bersama pasangan atau keluarga, berolahraga ringan, atau menikmati semangkuk bubur ayam di pinggir pedestrian.

"Kak Raden?" Begitu memantapkan hati, akhirnya Ayu memutuskan menghampiri laki-laki itu duluan.

Raden menoleh ke arah suara yang memanggil namanya. Saat itu juga keterkejutan di wajahnya tak mampu disembunyikan. "Kamu ...."

"S-saya nu-nungguin Kak Raden di situ dari tadi, lho. Tapi kayaknya Kak Raden nggak melihat saya," ujar Ayu antara gugup dan malu-malu.

Tidak ada sahutan Raden yang hanya bisa membengong. Otaknya masih berusaha mencerna kedatangan gadis yang tak pernah ia kenal sebelumnya. Terlebih perkataan gadis itu barusan yang seolah menganggap mereka sudah punya janji bertemu di Taman Bianglala ini juga.

Lihat selengkapnya