Aku, Rena, Vela, Aini, dan Ela menyusuri jalan raya menuju pabrik tempe. Ditepi kiri jalan, kami sempatkan bercanda seperti biasanya. Tiba-tiba hatiku terdorong untuk menanyakan surat misterius itu.
"Teman-teman, kalian pernah dapat sejenis surat misterius?" Tanyaku pada teman-temanku.
"Surat misterius?" Tanya mereka serentak. Wajah-wajah mereka tampak begitu penasaran.
"Iya. Semacam tanpa diketahui pengirimnya gitu."
"Aneh, hari gini mana ada surat tanpa pengirim Gin." Jawab Aini.
"Iya. Setiap surat pasti ada pengirimnya." Sahut Ela.
"Kamu dapat surat tanpa pengirim, gitu ?" Tanya Rena.
Aku mengangguk.
"Paling, pengirimnya mau kasih surprise ke kamu kali Gin." Sambung Vela.
"Cie, cie. Siapa itu?" Ledek Aini.
"Ah, tidak seperti itu. Berarti kalian belum pernah?" Tanyaku penasaran.
Mereka semua menggeleng.
"Lagi pula, kurang kerjaan banget kan pengirimnya. Kecuali memang ada niatan untuk ngerjain."
"Iya juga sih."
"Eh, kamu benar-benar dapat surat misterius Gin?"
"Ah, tidak penting."
"Ayo dong, ceritaian!"