Surat Misterius

Hidayatun Qudsiyah
Chapter #11

Kejutan Berbingkai Rindu

Suasana pabrik kini lebih padat dari biasanya. Semua karyawan tampak sangat sibuk dengan aktivitasnya. Tangan kerja pabrik mereka sangat lihai menyelesaikan target pasaran dan sasaran. Tidak heran, hari ini merupakan hari penjengukan santri. Akan banyak para walisantri yang memborong tempe tempat produksi kami. Cita rasa yang khas membuat konsumen akan menemukan titik kualitas tiada tertandingi. Tidak salah, beberapa pengusaha kripik tempe menjadikan tempe Akasia Asia sebagai produsen terbaik.

Sejak dahulu, hari penjengukan adalah hari yang paling aku benci. Berbeda dengan teman-temanku yang selalu menanti hari penjengukan jauh-jauh hari bahkan satu bulan sebelumnya. Aku tak punya keluarga yang dapat menjengukku. Tiada tamu spesial untukku. Terkadang aku hanya mendompleng jengukan dari mbak Diva, karena mbak Diva telah mengenalkanku dengan keluarganya dengan sangat baik. Aku dianggap sebagai anak kandung mereka. Namun, mungkin akan berbeda ceritanya untuk saat ini. Mbak Diva sudah tiada, apalagi mbak Alesh juga sudah tidak nyantri lagi, hanya dua tahun kala itu. Memang aku tak pantas berharap pada siapapun. Mungkin inilah cara Allah menuntunku bahwa berharap selayaknya hanya kepada sang pencipta.

Shift 1 telah usai. Aku mulai berkemas, aku dan empat kawanku keluar dari rumah produksi, didepan pabrik walisantri berbondong-bondong menerobos gerbang yang dijaga oleh petugas keamanan. Mereka berebut ingin masuk terlebih dahulu dari lainnya.

Pak petugas keamanan tampak kewalahan. Aku melapor kejadian diluar kepada pihak yang bersangkutan. Beberapa menit kemudian, datanglah pak Ali dan pak Rohman untuk membantu mengendalikan ketertiban para konsumen dari kalangan walisantri. Satu persatu sudah mulai tertata rapi dalam memasuki rumah produksi, tidak asal terobos. Tidak lama kemudian, aku melihat mbak Alesh turut serta dalam antrian tersebut. Ia memanggilku.

"Dek Husna!"

"Mbak Alesh." Teriakku.

Setelah berhasil masuk gerbang, mbak Alesh memelukku. Ia membawakan buah tangan untukku.

"Ini dari ibu. Katanya, maaf tidak bisa menjenguk. Beliau sedang ada kerjaan diluar kota." Ujar mbak Alesh.

Mataku mulai berkaca-kaca. Aku kembali memeluk mbak Alesh. Betapa bahagia mendengar ucapan itu, meskipun tidak dapat menjengukku. Beliau dan keluarganya masih menganggap aku layaknya anak sendiri, bahkan ketika mbak Diva telah tiada. Terimakasih ya Robb. Nikmat Tuhan mana lagi yang akan kau dustakan?

"Terimakasih ya mbak. Jadi repot-repot. Semoga kebaikan keluarga mbak Alesh dibalas oleh Allah." Ucapku tulus.

"Amin. Eh, ibu mau pesan tempe buat acara kirim doa tahlil acara mitung dino mbak Diva. Bisa kan?"

"Oh, bisa dong mbak. Tinggal pesan disebelah itu saja. Yuk, saya antar!"

Aku menemani mbak Alesh memesan tempe produk asli Akasia Asia. Kurang lebih satu jam mengantri, akhirnya dapat tempe juga. Salah satu efek antrian yang begitu lama yaitu hari ini bertepatan dengan penjengukan santri Darul Haq sehingga banyak sekali walisantri yang ikut memesan tempe tersebut.

"Sudah ya dek. Terimakasih sudah diantar memesan."

Lihat selengkapnya