Surat Misterius

Hidayatun Qudsiyah
Chapter #14

Kehidupan Selalu Menyajikan Kejutan

Empat bulan berlalu, seluruh kegiatan belajar mengajar pondok sudah usai kecuali ngaji pagi. Hanya menunggu Khataman Akhirussanah yang akan digelar tiga hari mendatang. Penjengukan tidak berbatas. Siapapun boleh dijenguk asal santri tidak dibawa keluar area asrama.

Pagi ini matahari merekah, kuning keemasan berpendar menyoroti alam raya. Pondok Pesantren Darul Haq tampak mempesona dengan cahaya keilmuan dan budi pekerti. Hilir mudik santri membuat mataku semakin sejuk dan enggan meninggalkan pesantren ini. Andai aku dapat memilih, biarkan aku tetap hidup selamanya disini. Begitu indah meski harus mengunyah pahit, asam, asin, dan manisnya yang luar biasa.

Itulah kehidupan, satu rasa akan terkesan membosankan. Seluruh air mata, keringat dan titik darah perjuangan akan menemukan hasilnya dengan maksimal. Pagi ini, tidak biasanya aku mendapatkan panggilan pasca mengaji pagi. Ini adalah pertama kalinya mendapatkan panggilan pagi dari kantor pondok.

Aku bergegas memenuhi panggilan itu, kerikil dijalanan menyingkir melihatku lari terbirit memenuhi panggilan sepagi ini. Aku sudah sangat tidak sabar melihat siapakah dibalik orang yang memanggilku?

"Dek Husna, kamu ditunggu mbak Ratna. Mau ketemu katanya!"

Aku sangat terkejut mendengar berita bahagia ini. Aku membuka pintu gorden tamu. Aku terperanjat. Segera kupeluk mbak Ratna. Satu-satunya keluarga yang kumiliki saat ini.

"Ada apa gerangan pagi-pagi kemari?" Wajahku penuh cahaya. Kedua mataku berbinar.

"Aku ingin memberimu hadiah terindah."

"Wah, apa tuh?"

"Dengarkan baik-baik." Ia menghela nafas.

"Mulai saat ini, kamu fokus belajar saja. Tidak perlu double job dipabrik. Sejak kecil kamu telah banyak menghabiskan waktu untuk kerja dan kerja. Mbak tahu. Kamu pasti ingin sekolah seperti teman-teman lainnya kan?"

Mataku berkaca-kaca. Tanpa harus mengungkapkan, mbakku tahu apa yang kuinginkan jauh sebelum ia bertemu denganku.

Lihat selengkapnya