Menyusun Potongan Kenangan
Malam itu, hujan kembali turun deras, namun tidak ada perasaan sunyi yang mendalam seperti biasanya. Sesuatu dalam diri Delta berubah, meskipun itu masih sangat kecil. Keheningan yang semula menekan kini terasa lebih ringan. Mungkin karena perasaan itu datang lebih perlahan, seperti tetes hujan yang jatuh tanpa suara, meski tanpa sadar sudah membasahi hati.
Hari-hari setelah percakapan dengan ayahnya semakin membaik, meskipun tidak sepenuhnya. Mereka mulai berbicara lebih sering, meskipun kadang masih ada celah keheningan di antara mereka. Ada perasaan canggung yang belum hilang, namun Delta merasa ada sedikit ruang yang terbuka untuknya dan ayahnya saling menyelami perasaan mereka.
Namun, meskipun perasaan itu pelan-pelan mulai tumbuh, ada satu hal yang belum bisa Delta lepaskan—perasaan sepi yang terus membelit dirinya. Hujan yang turun malam itu seakan menggambarkan suasana hatinya—tentang betapa ia merasa kesepian di tengah banyaknya orang di sekitarnya.
Di meja belajar, Delta kembali membuka buku catatan lamanya. Kertas-kertas yang dipenuhi surat untuk ibunya selalu memberinya sedikit kenyamanan. Surat-surat itu tidak hanya sekadar kata-kata, tetapi juga seperti semacam penghubung antara dirinya dan ibunya yang sudah tiada.
Untuk Ibu, yang selalu ada dalam kenangan,
Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Sejujurnya, aku masih merasa asing dengan dunia ini, Ibu. Aku merasa seperti berjalan di tempat yang salah, seakan langkahku tidak pernah tepat. Ayah tidak pernah bicara banyak, dan aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskan perasaan yang ada dalam diriku. Aku rindu. Sangat rindu. Tapi, aku juga takut untuk mengungkapkan semuanya.
Ayah dan aku, kami saling berusaha untuk mencoba. Namun, ada banyak hal yang tidak bisa diungkapkan, banyak luka yang tak bisa disembuhkan begitu saja. Aku merasa seperti seseorang yang berjalan dengan banyak beban, sementara di sisi lain, aku tahu ayah pun merasakan hal yang sama.
Aku ingin mengatakan banyak hal padamu, Bu. Aku ingin kau tahu bahwa meskipun aku tidak bisa mengungkapkan perasaanku, aku masih sangat merindukanmu. Aku ingin kembali ke masa-masa itu—masa ketika kita semua bersama, dan aku merasa seperti dunia ini penuh dengan kebahagiaan.
Tapi aku juga tahu, kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Hanya ada hari ini, dan esok yang masih misteri. Aku hanya berharap, kita bisa tetap bersama dalam kenangan.
Delta