Teruntuk Hujan...
Aku butuh pelukmu. Butuh hangatmu untuk dinginku.
Rasanya sakit sekali, wahai Hujan. Lukaku semakin lama semakin mengoyak, membuatku ingin menyerah saja.
Iya, aku tahu... aku masih punya kamu. Tapi hari ini rasanya bukan awal yang baik untukku. Aku kian kehilangan rasa percaya itu.
Aku selalu sendirian, meredam semuanya serapat yang kubisa. Bahkan sepertinya aku sudah lupa caranya membentuk lengkungan kecil yang pancarannya sampai ke mata.
Sebenarnya aku pun sudah terlalu muak dengan topengku. Namun, aku memang tidak pernah diizinkan untuk memilih, 'kan? Tugasku hanya menerima dan menjalani garis takdirku, 'kan?
Maaf, ya, Hujan. Lagi-lagi aku ngeluh sama kamu. Karena nyatanya aku memang nggak punya siapa-siapa selain kamu, Hujan.