Pagi itu bunga-bunga terlihat indah. Pepohonan juga terlihat sejuk membuat suasana pagi semakin semangat. Seperti biasa, sebelum beraktivitas Mei duduk bersama adik-adiknya menikmati teh hangat di perkarangan depan rumah.
Orang-orang yang melewati depan rumah pada menyapa tak kunjung ada habisnya. Adik-adiknya sampai iri. Wajar saja, mereka terpukau dengan paras wajah dan kebaikan-kebaikan Mei.
Siapa coba yang tak kenal dia. Meilisa Cahyani Suktomo. Anak dari seorang tokoh ternama yang cukup disegani di desa. Walaupun dia turunan seorang ningrat. Dia tetap sederhana dan sangat ramah pada semua orang.
Kala itu, pagi yang tidak biasa buat Mei. Dia mendapatkan surat yang tidak di kenal berinisial K. Adiknya penasaran pada surat itu. Sepertinya hanya datang dari orang yang ingin mengganggunya saja.
"Hati-hati dengan surat itu kak. Biar aku beri tau ayah saja." Ucap adik pertamanya yang suka mengadu tentang kakaknya.
Mei langsung menyimpan surat itu dari adik-adiknya. Kalau ayahnya tau, bakal susah. Sebab dia benar-benar tegas menjaga anaknya dari perihal sekecil apapun.
Panik ketika Mei ingin menyimpan surat itu. Tiba-tiba Ayahnya datang. "Yah, lihat. Kakak dapat surat dari orang yang tidak dikenal." Adik-adiknya bersuara.
Belum sempat disembunyikan. Ayahnya mendekat. Anehnya, ayahnya membiarkan omongan adiknya. Malah Ayahnya kembali ke dalam rumah